Sebuah Pengabdian
edang dalam perjalanan untuk pergi melamar seorang gadis yang akan dinikahkan dengan Hamid. Wajah kedua orang tua Hamid yang berseri-seri mena
Hamid setelah mengetahui tempat tujuan kedua orang tuanya itu. Matanya menoleh ke atas dan nampak tulisan "Pondok Pesantren Al-Fatah".Ia belum mengerti sama sekali mengap
dan Mona mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki pondok pesantren itu. Namun Hamid masih canggung untuk mem
santren. Segara ia menyuruh sang istri untuk menjamu tamunya itu. Bahkan Yasir dipeluk denga
an lama.Kau pasti memiliki tujuan tertentu hingga kau bersedia jauh-jauh datang kemari sambil membaw
narnya maksud kedatangan kami kemari adala
ra untuk Hamid? "ja
udian berkata, "Subhanallah...Dia semakin tampan sekaran
lalu muda untuk menikah," sambung Salamah yang
n tahu sendiri kan kalau usia kami ini sudah semakin tua. Dan kami ingin segera menimang cucu sebelum kami tutup usia. Jadi kami terpaksa melakukannya. Tolonglah! Kau sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Anggap saja ini
a itu dalam keadaan sulit sementara ia tak berusaha untuk membantunya sedikitpun. Salamah memandang wajah suami
selalu membantuku untuk dapat memahami setiap pelajaran dengan baik. Sungguh, aku dahulu hampir putus asa karena aku yang notabene adalah anak seorang pemilik pondok pesantren malah tidak bisa mener
enikahkan Hamid dan Zahra. Aku juga sangat tertarik dengan ketampanan dan kepintaran Hamid. Apalagi Hamid dan Za
engar jawaban dari Rahman. Kemudian Salamah menyela,
ra dulu. Dia sedang mengajar ana
uang kelas. Salamah datang di saat yang tepat. Saat para siswa
segera pergi ke ruang tamu. Zahra menanyakan padanya alasannya yang terlihat terburu-buru itu.
nang dengan kedatangan Zahra. Sebelum duduk, Zahra mencium tangan Yasir dan Mona lalu merapatkan tangannya pada Hamid.
"Zahra, kamu masih ingat dengan Tante Mona, Om Yasir, dan Hamid kan? Mereka datang kemari untuk melamarmu. Kau aka
tu. Dirinya sungguh tidak siap untuk menerima takdir itu. Ia kemudian menolehkan pandangannya pada Hamid. Hamid pun melakukan hal yang sama. Ka
ka aku langsung memilihmu. Dengan begitu hubungan persahabatan kami menjadi se
mengurus perusahaanku yang sudah begitu besar. Karena Hamid tak ingin menjadi
t merdu jika melafalkan ayat suci Al-Qur'an. Tentu kau sudah mengetahui hal itu. Abi ingin sekali mempunyai menantu sepertinya.
an secepat ini? Apakah tidak bisa ditunda untuk beberapa
sangat menginginkan seorang cucu. Jadi pernikahan
dapat mengurus perusahanku dengan baik nanti. Dan aku yakin sekali jika be
jawab, "Baikah.Terserah Abi
abatnya itu ternyata tidaklah sia-sia. Tuhan yang Maha Penyayang memberinya kenikmatan yang luar
hra harus disembunyikan untuk beberapa waktu. Karena kau tahu se
lian meminta Zahra untuk menikah dengan putra kalian. Tapi kalian menyuruh kami untuk menyembun