Sebuah Pengabdian
gu akhirnya telah tiba. Rumah Hamid telah dipenuhi oleh banyak orang. Pesta pernikahan terlihat beg
tak mengingkari janji mereka untuk datang dan ikut memeriahkan pesta pernikahan Hamid dan Zahra. Semua itu membuat hati Mona dan Yasir merasa senang tak terkira. D
u merasa senang sekali. Setelah ini kita tinggal me
i ucapan sang istri dengan berk
eka tidak juga akan membantu menutupi pernika
ngundang tamu dati jauh. Hany
pa ia juga memperhatikan Hamid dan Zahra yang berdiri berdampingan. Mereka nampak sangat serasi. Namun tangan mereka bergetar saat men
atikan Hamid yang masih kaku menerima tamu. Yasir pun ikut tertawa melihat tingkah
a dengan pernikahannya itu. Setelah ia meyakinkan dirinya sendiri untuk menikah, ia telah mendapatkan kesiapan
ini? Apalagi dengan seorang wanita yang sama sekali belum pernah kau kenal. Dan aku dengar dia yang akan menggantikanmu mengurus perusahaan ayahmu? Apa kau
raut wajah yang merah padam, "Hei Marcell! Jaga mulutmu itu! Jangan bicara hal buruk tentang dia! Bagaimanapun j
gitu pula dengan kedua orang tua Hamid dan Zahra yang berdiri di dekat mereka. Bahkan kedua orang tua Hamid yang khawatir bahwa kemarahan Hamid akan menyebabka
Ini kan pesta pernikahanmu sendiri, Hamid. Apa
rbakar kembali menjadi dingin. Dengan perlahan ia menurunkan tanganny
jangan memancing emosi Hamid!Kau kan tahu sendiri kalau Hamid it
u terus yang disalahkan,"
kini telah berakhir. Dengan masih menyimpan rasa marahnya pada Hamid, Marcell menjabat tangan sahabatnya itu dan mengucap
i Hamid. Seorang pria tua berjalan di bagian paling depan. Pria itu berpenampilan l
ai tersebut Setelah tiba di depannya, Hamid langsung mencium tangan pria tersebut
ku. Aku belum siap untuk menikah, Abi. Aku benar-
ini bisa melewatinya. Kau kan anak yang hebat. Ingat, waktu kau bisa melawan penya
i kan
ntara. Masa menghadapi masalah sekecil ini sudah menangis? Ayo hapus air matamu dan tun
atang juga?" ucap Hamid
sta pernikahan adik kesayanganku. Masa aku tidak datang? Kau ten
keluarga Ustadz Latif mengucapkan selamat padanya satu persatu. Orang tua Hami
embali dalam hatinya. Ia merasa bahwa kesedihan yang hadir dalam hati Hamid saat ini adalah kesalahannya. Kesalah
h ingat padaku, kan?" ucap Syarifah, putri bungsu U
harus berjanji padaku bahwa kau akan selalu rajin belajar dan menghafalkan Al-Qur'an.
fah sambil menunjukkan