Sebuah Pengabdian
nannya, mereka berteriak kegirangan. Bak telah terlepas dari sebuah bencana yang melanda mereka dan menentukan nasib mereka. Kini mereka
sing-masing. Namun mereka nampak tak terburu-buru. Mereka menepu
tkan pendidikanmu dimana?" tan
perusahaan. Hamid pasti juga sama sepertiku. Dia kan anak tunggal. Siapa lagi yang aka
gan dunia bisnis. Aku lebih suka menjadi tentara
gaimana dengan perusahaan ayahmu? Siap
n seseorang untuk menggantikannya mengurus perusahaan deng
saja bersama denganku. Lupakan saja impianmu untuk menjadi se
na yang harus ia pilih. Apakah harus mengikuti keinginannya untuk menjadi tentara
asalahnya! Biarkan Hamid memilih jalannya sendiri! Nanti juga ada cara lain untuk mengurus perusahaan ayahnya. Lebih baik sekarang
ada jalan keluarnya. Tapi, nanti kalau kau memilih untuk melanjutkan kuliah di bidang
ke arah gerbang. Mereka terus melambaikan tangan sambil menatap sekolah yang menjadi tempatereka menimpa diri itu. Rasa bahagia juga sedih bercampur menyatu dalam hati mereka. Mereka memang senang karena telah lulus dari sekolah menengah mereka. Namun di
lim dan Rafiq yang sempat meneteskan air mata segera menghapusnya dan kembali tersenyum. Kemudian menyalakan motor bersama-sama. Karena arah rumah mereka sama, Marcell mengaja
kencang. Melihat Hamid yang bersemangat dengan sepeda motornya yang merah menyala itu, ketiga t
amid! Sudah ayo kita
n ketinggalan dengan Hamid. Marcell berhasil menyusul Hamid. Ketika Marcell menyamai posisinya,
an suara yang keras. Seorang wanita tua keluar dan menemui Hamid setelah mendengar s
g kok malah teriak?"
endapat nilai tertinggi," ja
adanya. Ia pun berkata, "Waah...Bagus sekali, nak. Anak ibu ini memang yang terbaik. Tapi
idak sabar untuk memberitahuk
n memberitahukan tentang rencananya untuk melanjutkan pendidikannya di dunia militer. Sejak setelah sol
amid segera menyambut kepulangan sang ayah. Ia mencium tangan ayahnya sambil menunjuk
nta sang ayahnya itu untuk duduk di samping sang ibu yang telah dahulu beristirahat di atas sofa.
ukan hanya di dalam keluarga,namun juga di lingkungan masyarakat. Hamid adalah anak yang pintar dan cerdas. Ia sering mengikuti berbagai macam perlombaan. Baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar kota. Ia paling sering mengikuti perlombaaan tilawah Qur'an dan dakwah is
uduk di samping kanan sang ibu tengah dibelai rambutnya kemudian berkata, "Ibu, ayah, sekarang aku kan sudah lulus SMA, setelah ini
yah. Ayah pasti menginginkan agar aku melanjutkan memimpin perusahaan ayah. Tapi apa salahku ay
afas sejenak lalau menjawab, "Iya, ayah mengerti. Kau ingin menjadi tentara seperti Sa'ad. Kau bo
ar jawaban dari sang ayah. Ia lalu m
itu, ibu ingin meminta satu hal darimu. Kau mau
wajahnya pada sang ibu dan dengan penuh semangat ia pun berkata, "Iya bu. Aku mau mengabulkan semua
inannya pada Hamid. Demikian pula dengan Yasir. Ia pun kembali mema
ya membuat Hamid merasa sangat heran. Ia lalu memegang tan
ereka. Yasir lalu mengedipkan matanya sebagai isyarat agar Mona s
i itu, sebelum ibu dan ayah menutup mata, ibu dan ayah ingin memiliki cucu. Ibu dan ayah ingin melihat cucu kami sebelum menutup mata, walau itu hanya satu. Jadi, ibu dan ayah minta padamu sebelum pergi ke Akademi Angkatan Darat menik
langsung menghilang. Ia pun berkata, "Apa? Menikah bu? Apa maksud ibu sebenarnya?Aku kan masih sangat mu
asuk Akmil jika ketahuan su
atusmu. Kita akan tutup serapat
semudah
n dengan sangat cepat ke kamarnya. Mona dan Yasir sudah menduganya sejak awal bahwa hal
un Yasir melarangnya. Yasir menyuruhnya untuk membiarkan Hamid menyendiri selama satu malam. Semua itu mereka lakukan agar Hami