Rahasia Gelap Kekasihku
us karyawan. Sudah enam bulan ia bekerja di restoran yang terletak tak jau
rnya. Apalagi suasana restoran begitu nyaman, dengan interio
menuju ke depan untuk melayani pengun
Tuan Peterson, mana
jawabnya sambil mendekati pria berusia kira-ki
pan padanya," perintah Tuan Peterson sambil menunjuk meja di bawah televisi layar datar,
Seorang pria berambut hitam tengah duduk membelaka
u anda bisa langsung memesan menu yang menjadi favorit anda," sapa Claire denga
esaat Claire terkejut karena dia bertemu dengan pria itu lagi, Arsen. P
Arsen yang disertai dengan k
um, bingung harus menjawab apa la
ab Arsen tanpa melihat menu
egup kencang saat mata itu tetap menatapnya dengan intens. Namu
anan Anda akan segera saya antarkan," balas Claire lalu men
rdegup kencang dan hatinya menghangat. Ia mengerny
ini setelah melihat senyuman dari gadis
pernah ia merasakan perasaan itu seumur hidupnya dan ini adalah
dia bukan Rose? Sikap mereka begitu berbeda. Apa jangan-jangan Rose sedang berpura-pura
dengan pikirannya, Claire d
a pesan lagi, silahkan memanggil saya atau rekan saya yang lain.
at Claire baru berjalan
lagi, Tuan?" tanya Claire begit
ani aku," pinta Arsen s
ak teringat bahwa dia adalah pemilik restoran ini. Akhirn
mal seperti itu. Kalau boleh tahu, siapa namam
aru enam bulan bekerja di
reka sama persis? Bahkan bentuk bibir mereka pun sama. Hanya saja ia merasa ada yang berbeda dengan Claire. Aura kedua perempuan itu berbe
n. Rambutnya disanggul dan menyisakan beberapa helai di kiri dan ka
pada pujaan hatinya, Rose. Gadis misterius yang membuatnya kacau hanya dalam semalam. Hanya dia
enar-benar seperti saudara kembar identik. Fisik dan wajah mereka benar-benar serupa bagai pinang dibelah dua. Bahka
genit, suka menggoda, berani, dan menyukai kemewahan duniawi. Wanita itu juga pandai merias wajahnya sehingga terlihat lebih c
nginkan kepalanya. Tiba-tiba kerinduannya pada Rose kembali hadir dan semakin memuncak. Ia ingin
annya. Dia tak habis pikir dengan pria itu. Beberapa saat yang lalu memintanya untuk menemaninya, namun
aannya melayani pengunjung restoran yang baru masuk. Bukan urusannya jika pemilik restoran ini bersikap an
*
e akhirnya bisa pulang. Ia terpaksa harus berjalan menuju ke aparteme
menghentikan taksi yang beberapa kali lewat, disaat kondisi keuangannya berada dalam ta
kemudian belok kanan ke kawasan yang dipenuhi oleh pepohonan tinggi. Dari sini kak
di sebelah gereja yang terlihat sangat sepi dan menakutkan baginya. Hatinya mulai bimbang akan m
pejalan kaki seperti biasanya, namun harapannya nihil. Sambil meng
sebelas malam. Ia mengumpat pelan, teringat bagaimana tadi harus membantu teman-tema
membalikkan badannya, berpikir bahwa itu adalah salah satu pejalan kaki yang bisa dimintain
ekerja lebih cepat dari biasanya, berakibat pada nafasnya yang terengah-engah dan dadanya terasa sakit
nya memunculkan secercah harapan di hatinya. Ia mengangka
g aku!" teriaknya pada pengendar
dengan paksa. Ia meronta-ronta sambil memukuli pria itu dan berkali-kali
ka pria asing itu akhirnya berhasil berbuat jahat padanya. Air matanya mni malam ini? Kenapa ia harus selalu berada