Kelakuan Papa Mertua
yanyian seorang diva dunia. "Orang tua kamu
n menunduk. Hatinya masih menimbang-nimbang. Semua ucapan Ibu tadi memang b
Apalagi jaman sekarang, di mana berita seperti angin. Bisa bergerak ke mana pun, mampir di telinga
ndanya dia mau," kata Ibu memecah kesunyian. "Begi
desis Ria
gas dia menghampiri menantunya itu, Mama merangk
meng
elas dalam kalimat dan bahasa tubuh wanita yang masih ca
napas lega. Papa tanpa sadar sampai bertepuk
Riana menjadi melengking. Hal itu membuat sua
lamatkan keluarga kita." Mama memeluk Riana kembali. "Sebutk
sahut Pap
erkata, "I-ini a-adalah bayi pertama dan terak
... kami mengerti,
tua Riana. "Papa hari ini benar-benar telah diselamatkan. Peristiwa ini akan menjadi pelajaran buat Papa ke depannya agar lebih
impali. Senyumnya yang paling lebar di antara semua. "Ibu hanya minta, Nak
berkulit putih itu menunduk, saat tak senga
h menemukan solusi," ceplos Bapak. Yang
," kata Ibu. Dengan wajah berseri-seri Ibu menatap Riana, lalu bera
jangka KPR-nya masih empat belas tahun lagi. Baru juga setahun
a mungkin akan lahir tiga bulan lagi, nah saat bayi itu l
"Lebih bagus dari rumah
ana yang akan pilih sendiri peruma
i memandang besannya. "Anak saya ini penurut kok, Pak Sulis saja yang atur. Ya
dan Riana harus pinda
ggal di sini. Lingkungan
saja sama tetangga baru kalian bahwa bayi itu adalah anak kandung kalian, supaya tidak ada pertanyaan an
dengan nada samar. Kepal
usil di kantornya," sambung Mama. Tangan Mama bergerak mengelus pundak Riana. "Ri, sebaiknya mul
gat. Namun Jagat
-gimana, kami beneran susah payah loh berusaha menyekolahkan Riana sampai lulus kuliah. Maklum kami orang susah, bed
ekadar usaha kecil-kecil
terang benderang. Keduanya saling
mahrib. Setelah menunaikan ibadah, ke
k?" Jagat berkata tulus. Mengingat perj
langnya, ini sudah gelap," sahut
g tua tetaplah orang tua. Riana membayangkan jalan yang harus ditempuh Bapak. Selain cukup menanjak,
erpenting masalah dalam keluarga kita
. Kali ini Jagat sudah bisa ikut t
aku kalau sudah sampai rumah," kata Ri
telinga anak sulungnya itu, "Begjo, kamu, Ri. Tuhan kala