Suami Bayaran
intu ruangan terbuka secara kasar dan cepat. Menampakkan sosok pria pa
raut wajah penuh cemas dan berjalan tergesa-g
a Papi kalo kamu lagi sakit??" racau Ang
g ingin ia utarakan pada ayahnya, satu-satunya sosok yang dimilikinya. Hingga meski berusaha menahan
seakan-akan begitu terkejut dengan hal yang tengah dialami anaknya, jelas sekali terlihat bahw
pir aja kena serangan jantung waktu denger
yang telah membantu Dinda hingga bisa selamat. Ya! Lelaki yang kini masih berada d
ki itupun menyipitkan matanya, menatap pria asin
ya Anggoro sembari menai
I-ini yang nolongin dan bawa aku kesini, Pi," jawabnya lalu men
h, "Saya Indra, Pak," jawabnya sembari
eski senyumannya sedikit d
ak diam dan cenderung memperhatikan Indra yang hanya berseragam petugas kebersi
rlebih saat melihat cara bicara Anggoro yang sedikit membatasi diri. Hingga tak lama
ergi karena ini masih jam kerja saya," uc
aiklah ... saya benar-benar berterima kas
rlalu setelah berpamitan dengan Dinda. Sementara Anggoro tidak berhent
u merasa ada hal yang aneh tengah terjadi pad
r ayahnya namun panggilan itu t
irannya seakan-akan tertuju pada sosok lelalu yang menyelamatkan anaknya. Sampai akhirnya Dind
ap
a sendiri terlihat berusaha menguasai diri, "Ada
alanya, "Harusnya Dinda yang tanya, P
n senyuman tipis, "Gak apa-
ang demikian. Ia tahu betul sifat ayahnya yang sering kali menyembunyikan sesuatu daripa
mengetahui keadaan dirinya yang tengah hamil. Hingga beberapa saat kemudian
Dinda boleh pulang? Rasanya D
na Papi langsung kesini pas samp
n terkait kehamilannya kini, namun hal tersebut tentu saja tidak akan bertah
ulih dan bisa kembali ke rumah meski beberapa h
rumah sakit. Tetapi ada yang membuat Dinda merasa aneh dengan sikap ayahny
samping, "Ada apa ya? Kok rasanya ada yan
si, raut wajahnya tiba-tiba berubah, sorot matanya tampak tengah menaha
ti, lalu Dinda menggelengkan kepalanya dengan cepat, "A
nggung dan hal itu berlangsun
n dulu masuk Kantor, nanti kerjaan kamu se
dah baik-baik aja ko
di rumah aja, ok!?" sela Anggo
ekas mengangguk, "Ah! B-
ia itu tampak mengusap kepalanya sembari berdecih pelan. Hal yan
ada waktu sarapan. Suasana terasa dingin dan sunyi meski televisi di
o dengan pikiran yan
Kok diemin aku kayak gi
nya dengan kasar, bak seekor macan yang tengah menyantap mangsa
A
engan selai lalu akhirnya menatap anak perempuan yang masih
, jangan sampai cucu
jap hingga ia tersendak maka