Tuan Psikopat
Ar
ing. Ingin rasanya aku melempar pekerjaan ini kepada
drt
ngkan senyumku ketika melihat nama
a emot ha
lo,
apa,
pengen pula
Mama yakin,
in,
agi sakitnya." Terdengar suara seorang pere
dengan mudah mengajak Mama ngobrol. Bagaimanapun juga Mama seperti orang yang hilang ingatan. Bahkan
ng-kenceng, aku sed
r bisikan Mama yang masih t
lum Mama bener-bener sehat. Artha gak akan nerima mama, sebe
nafas, setelahn
u
p telfonny
kembali lagi ke masa kecilnya. Berprilaku kekanakan-kan
a aku memutuskan untuk melarikan Mama ke rumah sakit luar ne
hat-jahat, tidak pernah memberi makan. Aku tahu betul itu hanya akal-akalan Mama supaya aku membawanya pulang lagi. Jelas sek
ku percaya betul, Om Bram sudah menganggap Papa sebagai Kakanya sendiri. Melihat keduanya sangat akrab, bukan hanya sebatas bos dan karyawan. Tapi, layaknya seperti sodara. Begitup
g perkembangan Mama dari mereka. Tanpa memikirkan u
un yang
r
a terdengar gebrakan yang cuku
yang berbincang-bincang. Sepertinya itu Papa. Tapi, biasanya Papa setiap ada pertemuan
ronta-ronta, aku berjalan g
ilkan celah, untuk bisa melihat apa
, dengan balutan jas navy. Sayangnya aku tak bisa me
r
sedang dalam kondisi tidak ramah hati. Mungkinkah suara keras tadi jug
g, jangan gegabah! Kita, bisa mengatur rencana t
Papaku. Walaupun aku tidak tau apa alasannya, tapi
n ini memang bukan re
kan dana banyak untuk proyek, ini. Saya
gi. Dana proyek itu bukan hanya pengeluaran darimu, tapi dari saya jug
mengeluarkan 35%. Jadi, setidaknya kamu harus m
tapi kamu tidak pernah memikirkan kerja keras yang harus di tempuh di perjalanan. Kamu selalu memikirkan hasilnya yang kamu fikir
g bisa mengganti
kerja keras lagi. Yang namanya usaha itu, tidak luput dari cobaan, tapi cobaan itu buk
u lagi. Hanya menghasilkan kerugian saja!
kegagalan ini disebabka
tu s
kamu berfiki
enganmu memang tak pernah mendapat
kamu boleh angkat k
engusir
lagi yang perlu di bahas? Pria sepert
amu bi
lkan keributan. Mending sekarang kamu pulang, minta solusi pada
u
tanganku erat, ingin rasanya aku berlari kesana, dan membala
iku, menahan gejolak yang rasan
ang suka menghambur-hamburkan uang! Kalo, memang kamu ti
u
alinya, mendarat di rahan
nti sampa
u
u
u
r
a brutal, sehingga Pap
ngin melayangkan
TO
nghampiri Papa yang s
lakukan terhada
tap tajam
kekanak-
ma ini kamu menganggapku
bisa tinggal diam, aku membuka pintuku. Hendak berlari
u atas kasus kekerasan
ja! Kamu puny
ya salah satu bukti kekerasanmu?! Kamu fikir polisi akan berhenti disitu s
tidak
us penukaran bayi! Karena, sampai sekarang mungkin ibu pemili
am
jawab atas kesalahannya!" Ucapku, menatap tajam pr
aku tidak pernah tau apa yang mereka bahas, aku hanya berfikir mungkin itu
g sekarang kamu tidur sana! Fikirkan soal kuliahm
lagi, hendak aku layangkan pu
ng kita bawa Papamu ke rumah sakit.
ksa aku harus m
k ke dalam daftar korbanku selanjutnya, Pak A
akit Si
gan kondisi su
kter yang baru saja ke
mengembuskan nafasnya perlahan. La
bisa berfungsi dengan baik. Maka, kami menyatakan bahwa Pak Mantha mengalami koma permanen!" ..
saja aku tidak dengan sigap menahannya
bentakku, menatap tajam Dokter N
Jadi, benturan itulah yang menyebabkan gumpalan
membuat seorang CEO berakhir terbaring
t. Aku bersumpah akan membal
n telah b
da kemajuannya. Walaupun dokter berkata mustah
, apa kamu tidak kasihan terhadapnya? Ken
k menyetujui suntik mati terhadap Papa
menyuruh aku mengambil keputusan itu. Sudah kupertegaskan, Papa saya
lagi Papa saya masih bernafas, saya tidak akan me
menepuk pundakku, seraya berkata, "Baiklah, saya harap kamu mendapa
menatap punggung Dr Nio yang mu
apa harus menyaksikan, hari dimana keluarga Angga Ragayu hancur berkeping-keping!
asa
gin bertemu denganmu." ucap
hkan dia
; "Baik
kl
kursi kerj
e
g sekarang berada di hadapanku! Si br3ngsek itu b
a dalam, dengan tubuhnya yang
sedang kupegang. Menatap tajam or
irihnya, yang masi
bilang?! Say
al. Saya minta maaf." Pak Angga menatapku se
ng membuatmu datang ke peru
n. Dengan kerja kerasku, aku berhasil mengembangkan kem
a ingin menebus
kamu ingin meneb
apun itu, akan
arka
anggukkan kepa
tapnya dari atas hingga
embangunkan Papa
elan salivanya perlaha
tuhan yang bisa menen
t Papa saya jadi Seperti, ini?! Kamu mengharapkan Papa saya mat1? Bukankah kemat1an juga tuhan yang menentukan?!
karena saya tidak mau mengalami kebangkrutan. Kali ini saya sadar dengan apa yang di
... "Sejak kejadian itu, saya belum sempat melaporkanmu kepada pihak hukum. Karena,
n bawa saya ke kantor polisi, saya akan melakukan apapun yang kamu minta. Tapi, saya
enghargai dia sebagai orang tua. Hanya saja, aku ti
kin mengembangkan perusahaan Papamu. Saya akan membuat perusahaan Papa
rahangku, menata
u
g memburu, aku mengep
apnya, yang sedang meringis kesakitan akibat pvkulanku. Tidak perduli aku di cap
apa yang kamu perbuat terhadap Papa saya, saya bisa memaafkan
kepalanya, tidak ber
akan merasakan kehilangan! Atau ...
! Keluarga saya tidak tahu apa-apa, itu semu
b1birku, menatap
juga tidak mau melihat keluargamu tersaki
tidaknya saya
perusahaan, ini! Perusahaan ini tida
ar, lalu aku mulai berdir
p saja uang itu bisa me
.. Saya harus membayar uan
setengah dari keseluruhan biaya Papa saya, kalo be
an saya sudah bungkus, saya sudah tidak punya pekerjaan lagi
malu!" gumamku yang kuyakini ma
u, maka saya akan memberi waktu untukmu mengump
ya mendapatkan uang ratusan ribu saja saya kesusahan, apalagi dalam semin
tu yang cukup untuk me
aan, mana bisa dengan cepat mengumpulkan uang itu. Saya akan memberitahumu
ya harus percaya, jika
kepalanya, "Saya berjanj
berani kabur, akan dengan mudah aku mene
__
an, dengan mudahnya mulut mengatakan "maaf atas kesalahan yang sudah ter
api perlu di ingat! Memaafkan kesalahan, buka
emaafkanmu", tapi hatiku senantia
tok
as
ama dua tahun, setelah aku resmi memegang perusahaan Papa. Dia juga aku jadikan sebagai tangan kananku. Selain besar badan
temui tersangka!" jaw
Setelahnya, dia be
k dia bersimpuh lutut di kakiku, aku tidak pernah menemui nya lagi. S
kat
a itu, akhirnya aku bisa membawa tamen
ari Angga Ragayu, orang yang
ayahku tidak bisa berbuat apa-apa. Jangan harap aku bisa membia
! Dengan begitu, Angga akan merasakan bagai
idup, tapi jika terus-terusan seperti ini
har
am perangkapku, aku memutus
u, kembali menghantuiku. Aku memegang erat setir
r
mpai akhirnya aku sam
amp P
nya aku lah yang memiliki latar belakang pembvnuh. Mereka hanya pemuda biasa yang sedang mencari kesenangan dalam hidupnya.
a sendiri. Hanya saja, pada waktu itu aku belum berani berbuat yang lebih dalam lagi. Aku hanya meny1ksa orang itu, s
ng namanya, menimbang-nimbang keputusan. Apa yang ada di fikiranku, aku akan m
entingkan egonya sendiri, tapi sekarang aku