icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tuan Psikopat

Tuan Psikopat

Penulis: BagList
icon

Bab 1 Kesepakatan

Jumlah Kata:2215    |    Dirilis Pada: 10/02/2024

r sederhana, namun tidak menjadi penghalang mimpi-mimpinya. Karena suk

ia pegang, tentunya atas dasar paksaan sang Ayah. Mau tak mau Artha harus menuru

g tidak memiliki hati nurani. Tidak banyak orang tau pribadinya tentang hal ini, hanya sebatas teman dekatnya dan orang-orang suruhannya

gdor

intu. Mozayya memasuki rumahnya dari pintu belakang, berjalan menuju pintu depan sambil

kl

pannya, menatapnya tanpa kedip, serta

, kok, main masuk aja!" bent

terus menerobos masuk lebih dalam lagi. Tanpa banyak un

begitu menggelegar di rumah yan

am pria itu, sambil

eninggikan suaramu di rumah orang! Anda fiki

ketika pria itu lagi-lagi seper

ya; "

UP,

ia membalikan tubuhnya, menatap orang yang barus

edang dalam ekspresi loading. Ini kali pertamanya

tap Pak Angga penuh kebinguan. Kembali ia menatap p

an suaranya di rumah kita? Bahkan dengan tidak sopannya dia me

atap Mozayya sendu. Terlihat jelas di mata Pak Angga

a, memilih untuk menatap kembali pria bertubuh besa

ah saya? Apa kamu mengatakan sesuatu sehingga ayah jadi seperti ini

maaas! Ka

berlari kecil ke arah Pak Angga, d

selaku ib

ozayya, mengusap lembut kepalanya, me

Nak?" tanyanya sambil meng

anya, namun tatapannya masih mena

pa?!" tegas Mozayya,

enggelengkan kepalanya pelan, kemud

ngan Bu Ningsih, lalu keduan

gga; "

r

a banyak waktu untuk berlama-lama berada di ruma

u terdengar paling menggelegar dar

atap pria yang lebih menyeramkan

an itu tak lai

eadaan sekarang, kenapa rumahnya tiba-tib

enang, Mozayya kembali menatap

di rumah kita? Apa mereka fikir ini stadion, yang bisa teriak sekencang-kencangnya?!" Cec

u ditunggu beberapa tahun kemudian juga orang tuamu tidak akan perna

nghampiri Pak Angga. Melepaskan tangan Bu

a orang yang bersikap semena-mena terhadap ayahnya, ditamb

oba melepas rangkulan itu, dengan terus

! Dia lebih tua darimu! Seharusnya kamu bisa menghormati orang yang lebih tua!"

r

Mozayya tersungkur sempu

egas menghampiri Mozayya yang sedan

apal dengan isyarat dari Artha, sege

hat kedua orang tuanya diperlukan s

diri, setelah sudah terlihat tegak.

EPASKAN ORA

ninggikan suara di hadapan saya, hm?" Begitu lembut suaranya, yang

Artha. Walaupun dalam hati yang paling dalam, Mozay

dua orang tuanya, Mozayya tak s

mulia! Tolong lepaskan kedu

mengatur nafasny

tua saya. Tapi, apakah harus dengan cara kasar seperti, ini? Kamu

arah Mozayya. Mozayya sedikit memundurkan posisinya.

a dari atas hingga b

ak mata Artha, dengan

dang kamu perhatikan?!" te

uga." Tentunya tak luput

, serta memicingkan kedua matan

juga. Sebelum saya mengusir kalian dengan cara k

kalian berdua!" Ucapnya, menatap sinis Pak Angga dan Bu Ningsih bergan

Bu Ningsih, memegang sebe

a khawatir, sambil terus menulu

senyum, "Ibu, gapapa." jawabnya, mengelus tang

memegang pundak sang istri lembut,

mpak menatap

kap dada, sambil menga

mu minta, tapi tolong beri saya waktu lebih lama lagi, un

emalingkan wajahnya singkat. Ke

k tahu apa permasalahannya. Hanya, berdiam

s sekali ucapanmu itu. Dalam sebuah kurung, hanya untuk mering

p Mozayya dalam, sambil tersenyum manis.

n hutang-hutang kalian." ucapnya, sambil ter

ngkan Mozayya memundurkan kepalanya sedikit, sambil meng

dmu, apa?!" Men

ipis, lalu menata

mbawa anak kalian, lalu hutang kalian lunas beserta b

Kemudian menatap Bu Ningsih serius. Setelahnya menatap Mozay

a load

ubungannya dengan saya?!" T

ya terhadap Mozayya, mengana

nya kamu cocok

kkan matanya, men

ozayya masih belum tahu hutang apa yang mereka mak

mangnya ayah punya hutang berapa sama pria ini

di maksud, sehingga dirinya ikut terseret, dan sebesa

n kepalanya. Enggan

enunduk, sambil mengge

nafasnya kasar, lal

hutang-hutang orang tua say

lalu tak terduga gelak tawa

sumbangan dari pemerintah untuk membayar hutang kedua o

aupun saya masih sekolah, tapi saya tidak mengharapkan uang dari

aya percaya? Tentu tidak

ngnya, lalu memalingkan

u dengan usulan yang saya berikan?" tanyanya,

"Saya setuj

jangan lupa, Mozayya lebih terkejut den

ipis, mendengar j

pa? Ayah becanda, kan?!" tany

er sedang di ujung tanduk. Tak tau harus berbuat, apa. Kalo memang ini satu-satunya jalan kelua

epalanya, menatap tak p

ti ini. Aku yakin, pasti ada jalan keluarnya. Yang jelas-jelas Ini itu bukan jalan keluar, t

PULUH JUTA, MAU

ya sesak. Sebisa mungkin ia bersikap tenang, ia tau ayahnya sedang emosi. Tapi, ia juga k

ah. Maafkan, ayah." lirihnya sambil menundu

ak Angga. Kemudian menatap dalam Moz

za, Ibu setuju dengan ayahmu." lirihny

u

g keputusan ayahnya. Ternyata, cinta sejati mereka cukup kua

apa. Tapi, apa kita harus mengambil keputusan secepat ini? Apakah kalian rela mel

hlah gadis k

kecil, saya sudah besar. Jadi, pan

akan menuruti apa kema

ius Artha bersamaan. Tak terkecuali

rang yang sedang menatapnya.

n. Jadi, kalian tidak perlu resah." u

dengan ucapanmu?" tanyanya

a; "

Angga bersimpuh lutu

dak perlu seperti, ini. Ini tidak baik."

menatap Mo

ya, sambil mengusap pelipis Mozayya lembut. "Saya bener-bener menyayangi anak ini, walaupun saya harus mengorbankan

saya tidak punya banyak waktu!" t

elas tahun, ini. Aku, belum pernah memberikan kebahagiaan kepada kalian. Lalu, sekarang aku sudah mengikuti kemauan kalian.

terdapat cairan bening, yang dengan satu

situlah kebahagiaan kami dimulai. Sampai detik ini kamu adalah simbol kebahagiaan,

ir yang menggenang di pelupuk ma

kapannya. Mengusap kepalanya lembut,

aafkan ayah,

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka