Tuan Psikopat
Moza
tanaman yang mengeluarkan uap, karena diguyur hujan semalaman. Kupu-k
lisik setiap sudut taman yang memiliki berbagai tanaman, dan p
tap sekeliling kamar yang se
lebih pendekkan aku. Aku menatap diriku di cermin.
"Moz, sekarang Lo bisa, apa?" M
panku berhenti di bulatan merah kecil tepat di bawah b1birku, 'Oo
tanganku untuk membasmi
an kuku-ku yang sediki
r
Aku membalikan tubuhku melayangkan pandanganku ke ara
amku, menata
biasa menatapku tajam. Aku hanya mengangkat sebelah alisku, sam
tikannya dengan tangan miliknya, lalu memicingkan matanya, men
ak mau ada bekasnya di wajahku,
nya, menatapku datar, sambil
apku dari atas hingga
ya, tapi, tak ada yang mencurigakan. Aku hanya mengedikan b
angannya. Aku yang juga masih dalam pendirianku, akhir
sampingnya. Sehingga Artha dapat me
tanyaku
tubuhku terpental hingga tepat dihadap
h berantakan?" tanya
dari tadi diriku bercermin, pe
amannya, dan berl
rambutku oke, cantiknya jug-," ucapku terpotong,
h mandi, dan ga
sinar matahari yang mulai m
, telat, nih!" Teringat bahwa sekarang hari ho
kan kakiku ke kamar man
elah tanganku kuat
enyuruhmu ganti paka
sekolah. Aku bisa telat, jadi lepasin tanganku!"
rontak, semakin kenca
peraturan di sini, saya yang ngatu
tur, padahal dalam garis besar, itu rumahku, dan membahas ucapanmu barusan,
apku data
ozayya Addena Ragayu?!" tanyanya, dengan menari
. Bernafas itu bisa lewat hidung ataupun mulut, tapi kenapa p
ih ingin terus bernafa
ah bernafas, ah yang pasti bukan i
n kamu yang menentukan!" sentak
angannya yang melingkar di pinggank
kalo tanganku yang
kucoba menepis sebelah tangan
memancing emosiku, lagi!" ucapnya, sambil mengempask
nusia, mana ada manusia bunvh manus
langkahkan kakiku m
ke
a yang sama sedang menatapku datar,
pa
paper bag itu di samping tempat tidurku. Set
enda itu diletakkan, kuambil paper bag it
nit kem
akui, aku terlihat anggun. Walaupun ini h
tamku. Tak lupa aku menyisakan sedikit rambutku
kl
luar, tu
kan. Aku menatap wanita itu data
aid Ling memang tidak bisa di ajak berda
i subuh, eh putri raja baru nongol." gumam
bufet yang berada di ujung tangga, yang dimana tangga it
ng tangga. Menatap Maid Ling yang
tawaku yang sebenarnya su
dur, sampe aku lupa, kalo aku harus kerja. Duh, gini ya jadi Maid kesayangan, Tuan mud
jahnya yang semakin mengguratkan kekesalan. Membuatku tertawa te
id lainnya, seperti sekarang, aku sudah bisa mengenal Maid Ling, pun sebaliknya, kan?" ucapku. Tanpa men
at keberadaan Maid Ling. Terlihat kedua tangan
anpa berniat untuk memikirkan apa y
nku,
a semalam tidak sempet makan. Saking sibuk nya
itu, melipat kedua b1birku. Enggan untuk memang
an aku berjalan masuk, dan berdiri tep
aan. Kugaruk tengkukku yang tak g
taku, sambil meng
an kepalanya. Aku menatap keduanya bergantian, la
u, l
aid yang berada di sebelah kanan
ngan pekerjaan, ini." ucap Maid
ndanganku untuk me
a, kenapa
gkasa, disini." ujar Maid itu, setelahnya Maid i
ebu-gebu di dalam hatiku. Kucoba menyembunyikan perasaan konyol itu, dengan terta
-bis
a lauknya, "Semalam saya disuruh anterin makanan ke kamarmu. Tapi, pintunya sudah dikunci
ngangguk-ang
, hhee ... " Bohong banget, padahal aku semalam sampe berhitung dari angka satu
nanggapi ucapanku. Lalu seg
dari ibuku. Tapi mengingat wajah tua ataupun muda
Kalian?" tanyaku, menatap mer
k membalikan tubuhn
Lala," ucap Maid ya
lu," ucap Maid yang t
erutkan
t namanya yang hampir sama, hanya saja beda h
pandangan, lalu kemba
sodara!" jawa
aling pandang lagi,
, sambil ku sendok makana
Kamu punya s
elengkan
kalo kamu punya sodara, kamu yakin gak,
kan kepalaku, "Gak yakin, karena kan sodara
kembali
lo udah tau begitu,
gak m
ngkukku lagi, "H
nuju wastafel setelah acara sarapanku selesai. Nikmat mana lagi sarapan sambil
ing bekasku, aku menole
rjakan?" tanyaku, mena
ulu mengetuk-ngetuk dagunya, m
tau ada pekerjaan tambahan. Karena sejauh ini, cuman ini yang kita kerja
nya aku perlu latihan satu bulan untuk menjadi seperti mereka. Karena,
ber enam, tapi rumah sebesar
uskah aku menemui Art
dimana?" Kulemparkan
nya di kamarnya,
ng b
h neng geulis. Emang,
laku cepat, "ng--ngak,
ah. Sekarang kamu lan
pelan. Kulangkahkan kakiku,
pan pintu k
unggu! Pokonya kalo di ketuk tiga ketok dalam tiga
kamar milik pria itu, guna mendengarkan
tok
ing
tok
ing
k ...
aa
r
kelopak mataku, aku pastikan kali i
edikitpun, bahkan untuk b
berat!" bisiknya, tep
engan kedua tangan yang masih setia
usah pokonya. Kenapa, bisa jadi seperti in
terus sep