icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Tuan Psikopat

Bab 4 Keberuntungan

Jumlah Kata:1863    |    Dirilis Pada: 10/02/2024

Moza

tanaman yang mengeluarkan uap, karena diguyur hujan semalaman. Kupu-k

lisik setiap sudut taman yang memiliki berbagai tanaman, dan p

tap sekeliling kamar yang se

lebih pendekkan aku. Aku menatap diriku di cermin.

"Moz, sekarang Lo bisa, apa?" M

panku berhenti di bulatan merah kecil tepat di bawah b1birku, 'Oo

tanganku untuk membasmi

an kuku-ku yang sediki

r

Aku membalikan tubuhku melayangkan pandanganku ke ara

amku, menata

biasa menatapku tajam. Aku hanya mengangkat sebelah alisku, sam

tikannya dengan tangan miliknya, lalu memicingkan matanya, men

ak mau ada bekasnya di wajahku,

nya, menatapku datar, sambil

apku dari atas hingga

ya, tapi, tak ada yang mencurigakan. Aku hanya mengedikan b

angannya. Aku yang juga masih dalam pendirianku, akhir

sampingnya. Sehingga Artha dapat me

tanyaku

tubuhku terpental hingga tepat dihadap

h berantakan?" tanya

dari tadi diriku bercermin, pe

amannya, dan berl

rambutku oke, cantiknya jug-," ucapku terpotong,

h mandi, dan ga

sinar matahari yang mulai m

, telat, nih!" Teringat bahwa sekarang hari ho

kan kakiku ke kamar man

elah tanganku kuat

enyuruhmu ganti paka

sekolah. Aku bisa telat, jadi lepasin tanganku!"

rontak, semakin kenca

peraturan di sini, saya yang ngatu

tur, padahal dalam garis besar, itu rumahku, dan membahas ucapanmu barusan,

apku data

ozayya Addena Ragayu?!" tanyanya, dengan menari

. Bernafas itu bisa lewat hidung ataupun mulut, tapi kenapa p

ih ingin terus bernafa

ah bernafas, ah yang pasti bukan i

n kamu yang menentukan!" sentak

angannya yang melingkar di pinggank

kalo tanganku yang

kucoba menepis sebelah tangan

memancing emosiku, lagi!" ucapnya, sambil mengempask

nusia, mana ada manusia bunvh manus

langkahkan kakiku m

ke

a yang sama sedang menatapku datar,

pa

paper bag itu di samping tempat tidurku. Set

enda itu diletakkan, kuambil paper bag it

nit kem

akui, aku terlihat anggun. Walaupun ini h

tamku. Tak lupa aku menyisakan sedikit rambutku

kl

luar, tu

kan. Aku menatap wanita itu data

aid Ling memang tidak bisa di ajak berda

i subuh, eh putri raja baru nongol." gumam

bufet yang berada di ujung tangga, yang dimana tangga it

ng tangga. Menatap Maid Ling yang

tawaku yang sebenarnya su

dur, sampe aku lupa, kalo aku harus kerja. Duh, gini ya jadi Maid kesayangan, Tuan mud

jahnya yang semakin mengguratkan kekesalan. Membuatku tertawa te

id lainnya, seperti sekarang, aku sudah bisa mengenal Maid Ling, pun sebaliknya, kan?" ucapku. Tanpa men

at keberadaan Maid Ling. Terlihat kedua tangan

anpa berniat untuk memikirkan apa y

nku,

a semalam tidak sempet makan. Saking sibuk nya

itu, melipat kedua b1birku. Enggan untuk memang

an aku berjalan masuk, dan berdiri tep

aan. Kugaruk tengkukku yang tak g

taku, sambil meng

an kepalanya. Aku menatap keduanya bergantian, la

u, l

aid yang berada di sebelah kanan

ngan pekerjaan, ini." ucap Maid

ndanganku untuk me

a, kenapa

gkasa, disini." ujar Maid itu, setelahnya Maid i

ebu-gebu di dalam hatiku. Kucoba menyembunyikan perasaan konyol itu, dengan terta

-bis

a lauknya, "Semalam saya disuruh anterin makanan ke kamarmu. Tapi, pintunya sudah dikunci

ngangguk-ang

, hhee ... " Bohong banget, padahal aku semalam sampe berhitung dari angka satu

nanggapi ucapanku. Lalu seg

dari ibuku. Tapi mengingat wajah tua ataupun muda

Kalian?" tanyaku, menatap mer

k membalikan tubuhn

Lala," ucap Maid ya

lu," ucap Maid yang t

erutkan

t namanya yang hampir sama, hanya saja beda h

pandangan, lalu kemba

sodara!" jawa

aling pandang lagi,

, sambil ku sendok makana

Kamu punya s

elengkan

kalo kamu punya sodara, kamu yakin gak,

kan kepalaku, "Gak yakin, karena kan sodara

kembali

lo udah tau begitu,

gak m

ngkukku lagi, "H

nuju wastafel setelah acara sarapanku selesai. Nikmat mana lagi sarapan sambil

ing bekasku, aku menole

rjakan?" tanyaku, mena

ulu mengetuk-ngetuk dagunya, m

tau ada pekerjaan tambahan. Karena sejauh ini, cuman ini yang kita kerja

nya aku perlu latihan satu bulan untuk menjadi seperti mereka. Karena,

ber enam, tapi rumah sebesar

uskah aku menemui Art

dimana?" Kulemparkan

nya di kamarnya,

ng b

h neng geulis. Emang,

laku cepat, "ng--ngak,

ah. Sekarang kamu lan

pelan. Kulangkahkan kakiku,

pan pintu k

unggu! Pokonya kalo di ketuk tiga ketok dalam tiga

kamar milik pria itu, guna mendengarkan

tok

ing

tok

ing

k ...

aa

r

kelopak mataku, aku pastikan kali i

edikitpun, bahkan untuk b

berat!" bisiknya, tep

engan kedua tangan yang masih setia

usah pokonya. Kenapa, bisa jadi seperti in

terus sep

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka