Tuan Psikopat
a orang tuanya. Mencekal kuat pergelangannya. Tak me
engan raut wajah Mozayya.
egasnya, menatap
kan cengkramannya, wala
akan membawa anak kalian mul
a?! Kenapa s
u kalian kabur, gitu? Memangnya saya orang bo
tu. Maksud saya, apa tidak melaksanakan pernikahan dulu,
nya, kemudian menatap s
urusan, saya
u juga urusan, sa
n Artha tidak akan berani macem-macem terhad
; "Tapi
... " lirihnya, men
fasnya kasar, lalu kemb
menyentuh saya sebelum kamu menikahi
kan isyarat, yang dengan mudah dapat Dero pahami. Setel
nak kalian kepada, saya!" tegasnya, menata
memikirkan apakah keputusannya mema
mu ratain sama manusia? Kamu fiki
mu akan menjadi urusan saya juga. Jadi, soal biaya
ang tadinya seperti orang kesetan4n, tapi sekarang dengan entengnya ingi
ikuti apa ucapan Artha. Bagaimanapun nantinya, i
kalian setuju dengan usulan saya.
annya yang masih dal
sudnya, lalu segera me
ih dan Pak Angga. Menatap dalam kedu
ngsih, mengusap pun
jib bahagia." bisiknya,
kin, Yah." Lirihnya
mam, "Ck, m
terlepas dari pelukan kedua orang tuanya. K
p tak percaya kepada pria ini, dan ad
k, namun hal tak terduga. Artha malah menarik pinggang
gebu, Mozayya mencoba mengatur
empar pandangan. Disusul dengan sen
embawa Mozayya Addena Ragayu?" ta
nya, "Bo--boleh, silahkan." Lalu me
mungkin menahan gejolak perasaa
arena dengan mudah mereka melepaskan dirinya begit
bali menatap Artha,
a; "
kepalanya, kemudian menatap
; "Tuan
lu formal untuk kita yang sebentar la
keningnya sambil m
uga boleh." ucapnya, menatap Mozayya sambil mengangkat sebel
epertinya ada maksud tertentu dibalik semua ini. Mozayya sudah si
nafasnya perlahan, lal
kamu gak akan pernah ganggu ayah dan ibuku la
pa perintahku. Bagaimana, Dil?!" ujarn
ekar itu. Tak ingin lama-lama dalam pos
ah?!" tanyanya, me
anggukkan ke
lian berdua. Jadi, Mozayya sekarang sudah menjadi milik saya!" Menatap keduanya tajam, "Dalam sebuah kurung
adalah sebuah keringanan yang paling berharga. Terimakasih