SUAMI LANSIAKU TERNYATA CEO
vi dengan gerakan tangan seolah memotong leher. "Ingat itu! Selangkah saja kamu pergi, A
tolong kasih Sova kesempatan. Sova harus berangkat ke sekolah. Ma, tolong Sova!" rengek gadis berseragam SMA itu sambil memegangi kaki bu
tu tahu kalau ancaman Mama tidak pernah main-main." Bu Devi berusaha melepaskan kakiny
Ayah. Tolong Ma!" rengek Sova untuk ke sekian kalinya. Bahkan, dari ucapannya tersirat bahwa gadis yang selalu ceria dan tak pernah ambil pusi
Devi sambil mencubit bahu
ng berusaha bertahan, namun akhirnya
isa ikut menguburkannya hari besok. Bahkan, kamu yang akan saya kambing hitamkan sebagai pembunuh ayahnya sendir
sehingga pintu itu pun rusak di bagian bawahnya. Saat berbalik, ia k
tungku. Gadis itu tak pernah mau masuk ke kamar Sova karena tak ing
bu Devi dengan lemah lembut, berbeda seratus delapan
ang baru datang ke kampung ini?" tanya Yulia dengan senyum yang me
aripada pengenten. Orang pengantennya tua renta, hahahaha...!"
birnyapun bergetar saat mengatakan hal itu. Ia membayangkan jika dirinya harus menghapus segala langkah dan tujuan yang sudah Ia susun untuk diperjuangkan. Dimulai dari hadiah debat bahasa Inggris yang m
Sova. "Ayo, Sayang! Kamu harus tampil cantik!" Terden
g mengharuskannya tampil cantik. Bukankah dirinya yang dipaksa menjadi pengantin? Lalu mengapa Yulia yang akan didandani? Bukan dir
Aku yang harus jadi pengantin karena Mama akan mendapatkan uang. Lalu Aku dapat apa? Hikshikshiks... Aku bukannya tak sadar sama perlakuan mereka, tapi Aku hanya berharap masih memiliki keluarga yang utuh. Bahkan, makam Ibu kandungku aja
nnya. Aku hanya perlu pergi dari sini," ucap Sova sambil menghapus air matanya. Ia pun segera berdiri, dengan segera Ia mengganti baju seragam yang Ia kenakan dengan pakaian biasa dan melipatnya, kemudian memasukkannya ke dalam tas beserta dua pasang ba
n kantong hitam itu ke dalam tas. Uang, ya... isinya merupakan tabungan yang Ia kumpulkan diam-diam selama ini. Jumlahnya sebanyak tiga ratus tujuh puluh
ng.
ejenak sebelum akhirnya Ia nekad menggendong tasnya. Ia pun se
n memiliki masalah dengan bu Devi yang mendapat julukan tersembunyi dari warga sebagai nenek sihir. Mereka lebih banyak membantu Sova secara sembunyi-sembunyi, macam perang gerilya. Terlebih, perlakuan pak Harun selagi sehat pun t
sudah bersiap dengan tas nya pun hanya terdiam dengan perasaan kesal yang me
samb