SUAMI LANSIAKU TERNYATA CEO
d untuk melamar putri Bapak Ha
tanyanya di dalam hati. Ia pun berjongkok di teras belakang rumahnya, sisi ruang tamu, seraya meletakkan ember berisi piring-piring yang baru saja Ia cuci di sumur umum. Rumah milik Sova mer
ara bu Devi, ibu tiri Sova yang
k Roy," jawabnya den
ya yang datang melamar itu adalah Ayah untuk anaknya, mengapa sekarang dibalik? Apakah anaknya sudah cuku
a? Apa yang anda bawa untuk Saya?
entah siapa, Sova tak berani mengintip. Jika Ia berani mengintip, pasti akan
i tangan saya. Saya cuma mau tanya dua hal. Satu, apa yang Anda janjikan untuk S
sar satu juta untuk Anda sebagai ibunya. Us
ya dengan Sova yang langsung menutup mulu
r apapun saat mendengar obrolan Ibu tiri dan tamunya. Toh, yan
anyakan atau menunjukkan keraguan untuk menerima lamaran. Dia merasa kasihan kepada Yulia jika harus berakhir dengan meni
but. Ia pun melirik ke kiri dan ke kanan, mencari sosok Yulia yang setiap hari memang jarang berada di rumah. Ia ingin
ernikahan ini. Dan saya, melamar untuk
Yulia? Jadi, dia nunjuk Yulia." Sova terus menerka-nerka pemikirannya sen
an datang lagi untuk m
pegangannya pada gagang ember. Ia memikirkan nasib Yulia yang akan menikahi lelaki tua. "Kasihan! Mendingan kayak aku, lebih memilih mengejar cita-cita daripad
n. Assalamu'alaikum," ucap suara ba
ena disaat pikirannya sedang mengembara, tamu tersebut malah pulang dan keluar dari rumah. Ia buru-buru
ebut. Wanita paruh baya itu menyadari kedatangan So
. Ia sedang merapikan piring-piring yang baru Ia cu
erhenti berbicara, seolah I
?" tanya Sov
sumur?" tanya bu
tahu kemana bu Devi akan membawa pembicaraan mereka. Ia memang
sana lanjutkan!" titah bu Dev
ova seraya berlalu
ada tamu, dirapiin gelas yang di meja!" tit
ak pernah mempermasalahkan apapun yang Ia terima di keluarga ini. Baginya, hi
engan Yulia yang sedari tadi tak Ia lihat batang hi
n berhenti tepat di depan pintu yang hanya tertutup
enyibak gorden dan berdiri
pat Ia perkirakan. Gadis cantik itu pun mengelus dadanya demi menurunkan rasa k
u Devi dengan
Sova saat Ia melihat tamp
bu Devi. Bahkan, wanita yang sudah menjadi ibu tirinya sejak Ia masih belum sekolah SD it
a," jawab bu Yulia seraya menggeser t
anya bercokol di dalam otaknya saja. Ia tak berani mengungkap pertanyaan itu karena Ibunya a
h kamu!" titah bu Devi ser
unya yang sedang mengenakan sendal, dengan membawa d
kan, wanita paruh baya itu melenggang pergi tanpa mengucapkan
ngan menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah terbiasa diperlakukan sepe
ng goreng yang tadi pagi Ia siapkan di buffet. Saat Ia mengambil gelas tersebut, matanya menangkap sebuah foto yang
teringat dengan obrolan antara bu Devi dan tamu