icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Salah Pilih Pengantin

Bab 2 Pengorbanan

Jumlah Kata:2658    |    Dirilis Pada: 05/02/2024

ngan sampai ada yang tahu kalau kita pernah saling mencintai. Anggap cinta itu tidak pernah ada di antara kita. Ak

p gadisnya. Lantas kemu

n kita akan menjalani kehidupan masing-masing. Dengan orang yang ti

nya terangkat dan hinggap di dada bid

kita. Demi kedua orang tua kita yang terlanjur b

a. Lalu kemudian Fauzan menangkup tangan lembut itu dan meremas

mu. Aku akan menerima pernikah

p Fauzan dengan seksama. Hatinya mencelos saat melih

mengiyakan permintaannya. Tapi mengapa

ecilnya tak m

ggap kalau semua cerita kita telah usai. Kisah kita telah berakhir, Rani. Buku kita akan ditutup sampai di sini. Tapi satu hal yan

enusuk hatinya yang telah rapuh. Akhirnya, buku kisa

h jalan hidup kita masing-masing,”

bibirnya di kening Rani. Lantas ia berl

jalan gontai menuju motornya. Rasanya Rani

a di tempat ijab kabulnya. Lelaki itu harus menunaikan per

ari pandangannya, Rani hanya bisa mera

at tinggal untuk kisah kita yan

dapat menahan tangisnya lagi. Yang ia tahu, setelah ini lel

*

hra Ratnadewi binti Arman sutoyo

mana s

semua tamu undangan yang me

ijab kabul. Suara lantang Fauzan membuat Zahra yang duduk di sampingnya tersip

ang duduk di samping ibunya. Manik mata mer

Rani langsung mengalihkan pandangan kearah lain.

ekat dan merangkul kedua mempelai dari belakang. “Mama tidak menyangka k

an menikah dengan Zahra,” balas Fauzan

dengan muka masamnya. Semua orang

mat dari para tamu undangan. Sesekali ia menatap takj

rsalaman. Hingga tiba giliran Rani. Gadis

Kak!” seru Rani mere

cilku. Terimak

atensinya hanya tertuju pada w

na bisa gadis itu tersenyum bahagia di har

i. Dan tidak lama lagi aku akan mempunyai kepo

bola matanya

seperti tantenya. Kalau bisa bikin satu paket l

jeweran di teli

Sudah ribut minta keponakan,” balas Zahr

. Tapi tidak dengan Fauzan. Lelaki itu bersikap biasa saja. Ia buk

ang menangis d

ola matanya kearah Fauzan. Dimana lelaki i

susah payah. Tapi mengucap selamat pada

. Tiba-tiba ia merasa lidahnya

.. A

” potong Fauz

mendongkak

an. “Tidak disangka ya, Rani. Akhirnya aku menikah dengan kakakmu,” lanjut

bari mencoba untuk

a. Dia kakak yang paling aku sayang. Aku tidak akan pernah me

aru mendengar apa

ku. Aku mengorbankan semuanya demi Zahra. Mana mungkin aku menyakitinya? Aku pasti akan membahagiakannya. P

gapit lembut lengan suaminya. Zahra tidak sadar k

auzan terdengar bagai musi

*

gan sangat meriah. Senyum tidak pernah lunt

saha memasang senyum palsu agar

cap fotografer mengarahkan kam

KR

itu mengacungkan jempol tan

il melepaskan rangkulan tangannya dari pinggang Zahr

sadar kalau saat ini mereka telah resmi

k ganti gaun,” ibu Zahra da

da Fauzan. “Aku ganti baju

yum tipis dan anggukan. Tanda

mentara Fauzan memutuskan untuk duduk di kursi pelaminan. Manik ma

?’ tanya Fauz

hidung wanita itu. Beberapa detik kem

ku tidak pernah menc

saat Rani tak terlihat di sekitarnya. Mungkin akan lebih baik jika Ra

akan membuat Fa

ka matanya kini menangkap sosok Rani. Gadis cantik itu sedang ditarik ole

ami

knya Zahra. Sudah seharusnya fotomu ada di album pernikahan,” kata ib

zan bangkit dari duduknya dan me

te. Yang penting ‘kan penga

a sudah difoto, tinggal kamu yang belum. Kalau tidak ada satu orang, berarti

hanya berdeham se

‘kan? Mamanya Fauzan susah ditolak kalau sud

di menyesal kenapa tadi tidak ikut bergabung saat sedang meng

mendapat geta

uh fotografer yang melihat jarak

alu kemudian mereka sedikit meng

ebih dekat sedikit lag

ri merapat di samping Fauzan? Rasan

ut, Fauzan sudah jinak. Dia tidak akan men

canggung. Dan Fauzan? Dia masih tetap dengan wajah datarnya. Namun b

ngan tiba-tiba Fauzan menarik pi

us. Siap ya! Sat

KR

yang ini ya?” canda fotografer yang langsun

i sudah merah seper

untuk mengalihkan pan

jika tangannya masi

tiga jepretan apa masih kurang? Tang

at Fauzan dan Rani tersadar

menertawaka

Semoga selalu menjadi ipar ya

dalam hati. Bukankah hubungannya den

ebih lama lagi, Rani memutuska

si ya tante, om,” kata Rani pada kedua orang tua Fau

uh dari dirinya. Ia bisa merasakan kecanggungan Ra

k tembok. Ia menyandarkan punggungnya sembari b

ya sendiri. Ia bahkan masih bisa merasakan geraka

rusnya aku tidak boleh begini. Ingat, Rani. Sekarang F

a berusaha mengusir rasa itu dari dalam hatinya. Rasa

cin

g. Dimana Fauzan berada. Ternyata sekarang lelaki itu sedang berdi

nyum kecil melihat betapa cantiknya gaun yang dipakai

erharap suatu saat aku bisa melupakan Fauzan untuk sela

unggungnya membuat

bu

sendiri. Ibu mencarimu kemana-mana. Ayo, ikut

“Tidak, Bu. Aku s

pan

,” jawab ibunya Fauzan yang datan

ik pada putrinya dengan raut

mereka masih kecil. Fauzan sering sekali foto berdua bersama Rani. Aku sampai berpikir kalau nan

birnya mendengar u

yang tahu. Semoga saja Rani bisa mendapatkan lelaki yang baik se

l. Mendapatkan lelaki sebaik Fauzan? Entah

*

Fauzan memutuskan untuk pulang. Fauzan dan selur

i sini saja?” tanya ibu

ikut mengurus pernikahan kami,” pinta Zahra dengan ramah. Lalu kemudian ia melirik

ngangguka

kalian bermalam saja d

dan Papa pulang saja. Lagipula, kami tidak ingin mengganggu romantisme peng

sedikit ujung bibirnya. Fauzan tahu, setelah menikah

ia harus membiasakan

ama di hotel yang mewah saja? Biar kalian lebih nyaman. Kena

tel paling mewah sekalipun di negeri ini. Namun alih-alih melakukan itu, Fauza

mbulkan pertanyaan bagi

rumah ini. Untuk itu, aku meminta pada Fauzan agar kita menghabiskan malam di sini saja. Sekaligus aku bisa me

a Fauzan bahkan merangkul pundak Zahra yang saat in

ke tempat yang baru. Mama tidak masalah kalian mau berbulan madu dimanapun. Tapi yang pen

ucu dan cucu. Fauzan bahkan tak terpikirkan sedikitpun soal anak. Sebab ia tida

engantin yang seromantis mungkin. Agar Fauzan dan Zahra bisa menikma

antusias kedua o

?” tanya Pa

bangga. “Iya. Rani

elirik kearah Rani. Dimana ternyata gadis itu juga melirik padanya. K

Namun dari sorot matanya, Rani bisa menebak ka

auzan masuk ke dalam mobil. Mereka ha

ngannya. Zahra sudah tidak canggung lagi bersikap mesra terhadap Fa

a hatinya masih terasa sesak. Mungkin ia belum

ngan pada mobil yang mulai menjauh. Namun lengan

. Lalu kemudian ia mengalihkan pandangannya untuk melihat

intai seseorang namun tidak bisa memiliki?

n itu dapat dide

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Lari dari Pernikahan2 Bab 2 Pengorbanan3 Bab 3 Rasa yang Sama4 Bab 4 Malam Pertama yang Tertunda5 Bab 5 Maafkan Aku, Zahra6 Bab 6 Kemesraan Pengantin Baru7 Bab 7 Tumpangan dari Kakak Ipar8 Bab 8 Masalah dengan Dosen9 Bab 9 Ajakan ke Pesta Pernikahan10 Bab 10 Izin Mengajak Rani Pergi11 Bab 11 Khawatir dan Cemburu12 Bab 12 Terlalu Posesif13 Bab 13 Azka untuk Rani14 Bab 14 Semakin Cemburu15 Bab 15 Bukan Rumah Impian16 Bab 16 Ajakan Makan di Kantin17 Bab 17 Foto Kenangan18 Bab 18 Menyentuh Zahra19 Bab 19 Mimpi Indah20 Bab 20 Mari Pacaran Pura-pura21 Bab 21 Menerima Tawaran Pak Azka22 Bab 22 Sangat Mendalami Peran23 Bab 23 Jas Milik Fauzan24 Bab 24 Akan jadi seorang Ayah25 Bab 25 Segelintir Rasa Bersalah26 Bab 26 Pesta Kecil-kecilan27 Bab 27 Dijemput Fauzan28 Bab 28 Kamu Ibu Kandungnya29 Bab 29 Aku tidak Baik-baik Saja30 Bab 30 Memukuli Azka31 Bab 31 Salah Paham32 Bab 32 Sengaja Mesra agar Fauzan Cemburu33 Bab 33 Tingkah Anak Perawan34 Bab 34 Lagu Melawan Restu35 Bab 35 Senang Diperhatikan Rani36 Bab 36 Hanya ingin Memelukmu37 Bab 37 Saya Jatuh Cinta38 Bab 38 Kecemasan Fauzan39 Bab 39 Penyakit Zahra40 Bab 40 Kelahiran Bayi Pertama41 Bab 41 Kepergian Zahra42 Bab 42 Anyelir43 Bab 43 Hanya Zahra Ibu Anyelir! 44 Bab 44 Kami tidak akan Menikah! 45 Bab 45 Dinner46 Bab 46 Anyelir Sakit47 Bab 47 Fauzan yang tak Pernah Berubah48 Bab 48 Khawatir pada Azka, Cemburu di hati Fauzan49 Bab 49 Ulang Tahun Zahra50 Bab 50 Kecemasan Fauzan terhadap Anyelir51 Bab 51 Mama Rani52 Bab 52 Mama untuk Dipamerkan