180 Days
Ap
ihatku tanpa polesan ketika tidak ada acara khusus. Namun, setelah memikirkan kata-kata
dan cerah. Perawatan kulit rutin dengan skincare menjadi kebiasaanku. Setelah memilah-milah kat
an Mas Arga, aku memutuskan untuk tidak mengorbankan kenyamanan itu. Akhirnya, pilihanku jatuh pada dress bertali satu ber mot
cermat. Aku ingin memberikan kesan yang berbeda, menunjukkan bahwa aku
iasanya, aku hanya akan menggunakan parfum tersebut saat akan pergi ke aca
. Siapa tahu, ada yang bisa menginspirasiku di dalamnya. Sambil menunggu Mas Arga pulan
r di udara, memberikan sentuhan mewah pada ruangan yang tenang ini. Sementara itu, halaman rumah masih
osional, dan harapan akan rekonsiliasi menciptakan lanskap emosional yang rumit di dalam benakku. Aku menca
diriku, siap untuk melangkah maju dalam upaya memperbaiki hubungan yang telah retak. Dalam kegelapan senja, aku
lanan panjang menuju rekonsiliasi. Rasa tegang dan harapanku bersemangat, karena aku perc
Arga belum juga memberi ku kabar, "sedang a
belum juga pulang dari rumah Sisil. Pikiranku melayang, mencoba menebak apa yang
-mana, membayangkan adegan demi adegan yang mungkin terjadi di antara mereka.
Aku tidak mau menyerah sebelum bertarung. Dalam hati, aku berbisik, "Sabar
... drrett. Nama Mas Arga terpampang di layar. Aku langsung me
as," ucap
s restoran di Surabaya. Kamu siapkan pakaian Mas, sekit
terdiam mendengar
gak?" ucap Mas Arga lagi saat tak
yang mampu kukelu
teleponnya. Dengan berat hati, aku beranjak me
kan seperti ini. Setelah selesai menyiapkan keperlua
makan, sesampai di rumah pasti
u, suara deru mobil Mas Arga
emang tidak kukunci. Mas Arga dengan langkah mantap menaiki tangga menuju
u dalam hati, mataku mengikuti langkah Mas Arga dari sudut pandang
yakan apakah rencana awalku akan berhasil. Keinginan untuk
rasa keputusasaan yang mulai merayapi pikiranku. Setelah selesai
anduk melilit di pinggangnya. Darahku berdesir melihat pemandangan itu, t
carkan pesona yang menggoda bagiku. Seketika, kami berdua sa
itu?" tanya Mas Arga, suarany
olak perasaan yang muncul di dalam diriku. Mas Arga mendekat, intensitas t
a akhirnya, aku terjatuh ke dinding, dan dalam sekejap, tangan Mas Arga men
melompat keluar dari tempatnya. Entah mengapa, meskipun kami suami istri,
menggodaku?" bisik Mas Ar