180 Days
di tempatnya, terperangkap dalam aliran pikiran yang berputar-putar, mencoba mencerna segala yang telah terjadi. Keingi
k selimut sana?" gumam April, mencoba mencar
hanya semakin memuncak. Dia terombang-ambing antara keinginan untu
dur. Air mata yang telah menetes dari matanya menandai perjalanan emosional yang berat. Mata yang lelah akhirn
amar, membiarkan April dan Arga t
*
ngan dan memberikan kehangatan pada tubuh April yang terbangun dari tidurnya. Namun, hangat
harapan kecil bahwa semua yang terjadi semalam hanyalah mimpi buruk. Namun, saat tangannya menyentuh bekas t
meninggalkan kamar. Hari weekend yang seharusnya diisi denga
air mata biasa, melainkan kenangan yang telah lama terpendam. Begitu banyak waktu telah berlalu s
am. Meskipun hatinya hancur, tanggung jawabnya sebagai istri menghadapinya. Dia tahu diapertanyaan yang belum terjawab terus menghantui pikirannya. Namun, untuk saat ini, dia harus melan
*
teh. Pekerjaan sehari-hari telah selesai, namun pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan
ilihan yang terbuka di hadapannya. Keputusan sulit itu menghantui p
k jauh dari tempat tinggal mereka. Hatinya berdegup kencang saat melihat Arga turun dari
auannya kemarin adalah Sisil," gumamnya dengan nada lirih. Semua pertanyaan yang menghantui pi
englihatannya tidak keliru. Namun, kenyataan tak terelakkan, dan pertemuan Ar