Cinta Muara Luka
itu bukan mele
kehidupan setelah
Laks
emua bernuansa warna daun. Kamar gadis cantik itu terletak di lantai dua rumah megah yang terlihat sepi. Meskipun pada hari bia
ang semakin lama semakin membuncah. Tubuh lemah itu bergelung selimut, menghabiskan malam dengan air mata sambil mendekap potret wanita muda yang menggendong seorang balita. Mata bulat yang biasa berbinar cerah, kini redup
h seorang asisten rumah tangga. Menu sarapan favoritnya yang dibuat oleh Nisrina. Seketika rasa ingin menikmati makanan itu hadir. Sebuah sendok berbahan perak yang tergeletak di atas lap makan, ia ambil dan mulai menciduk sedikit nasi. Lalu di
gerak menghampiri tubuh yang kini terlihat kurus dan tak terawat. Pada pucuk kepala g
nya Bayu seraya duduk di sebelah Yasmin.
i." Yasmin masih memb
sedihan itu untuk menyakiti diri sendiri. Ayah yakin Bunda
ang tiba-tiba mengalir deras. Isaknya membuat Bayu merasa bersalah. Segera ia membawa gadis b
knya dan ia menangis kembal
Ia akan berusaha agar putrinya memiliki kehidupan yang normal kembali meski tanpa kehadiran sang ibu. Meskipun hal itu tidaklah mudah untuk mencapainya apalagi kehilangan itu belum lama terja
. Namun kita semua harus kuat, har
rayu Bayu. Ia menunggu jawaban sang anak yang masih terdiam. Akhirnya Ya
ng itu telah luruh hingga ke bahu. Tanah merah di sana masih basah karena hujan semalam. Tangan Yasmin menyent
anita yang mereka cintai. Menjalani hari-hari dengan senyuman dan biarkan waktu yang bekerja mengobati sakitnya
yu mengajak Yasmin turun dari mobil, meski awalnya menolak tapi akhirnya mengikuti langkah sang ayah juga. Mereka duduk di sofa yang menghadap ke dinding kaca. Di depan dinding ter
yang harumnya membuat siapa saja yang mencium tergoda untuk mencoba. Sesekali ia melempar guyonan meski garing tetapi pada akhirnya lengkung bulan sabit pun terbit di wajah yang menyimpan r
ri. Ia meminta putrinya melakukan perawatan agar terlihat segar kembali. Pria berhidung mancung memutuskan membaca sebuah buku di sela waktu menunggu. Hampir tiga jam ia m
i Jakarta. Berkeliling menuruti apa yang ingin dibeli gadis yang kini terlihat lebih cantik. Namun Yas
jang di dekat pintu masuk. Ia masuk dan mulai menyusuri deretan rak yang berisi buku-buku terlaris. Matanya berbinar de
a di sandingkan dengan sebuah buku. Saat usia Yasmin menginjak tiga tahu, gadis kecilnya itu sudah pandai membaca. Tak heran jika kini Yas
ada sang ayah yang sedang membaca sebu
seraya melihat tiga buah tas be
nisnya pada laki-laki yang sehari
but hitamnya lembut. Ia berniat membawakan belanjaan y
ketika tiba di depan lift ya
n baca buku-buku ini di r
Sejujurnya ia pun sangat lelah karena beberapa hari ini kurang tidur.