Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta Muara Luka

Cinta Muara Luka

Miss Han

5.0
Komentar
1.1K
Penayangan
30
Bab

Yasmin seorang putri tunggal bos transportasi, baru saja kehilangan ibunda tercinta. Namun, kehadiran seorang pria pekerja keras membuatnya jatuh cinta. Saat hubungan berjalan lancar, terkuaklah sebuah rahasia kelam orang tuanya yang akhirnya membuat Yasmin hampir mengakhiri hidup. Pertemuannya dengan Fatihlah menjadi titik balik segala hal di hidupnya dimulai. Mampukah Yasmin mengubah hatinya atau memilih tetap bertahan pada cinta pertama yang memberi luka?

Bab 1 Pesan Kematian

Apa kabar kematian?

Akhirnya kau datang menjemput wanita yang paling kucinta.

Jaga dia dan antarkan pada tempat muara keindahan bernama SURGA.

-Yasmin Azalea-

Tubuh Yasmin yang lemah bergetar hebat saat jasad wanita yang paling dicintai tertutup tanah perlahan-lahan. Tanah merah yang akan menjadi tempat tidur ibunya mulai malam ini. Tidak ada lagi ranjang yang empuk, apalagi bantal yang siap menopang kepala. Kini hanya tanah dan beberapa lapis kafan yang akan menyelimutinya.

Di atas gundukan tanah merah gadis berusia dua puluh satu tahun itu bersimpuh, menumpahkan sesak yang sejak semalam menggelayuti. Tidak dipedulikan orang-orang yang mencoba menenangkannya, juga tak dihiraukan lagi pakaian putih yang melekat di tubuh basah dan penuh noda dari tanah pemakaman. Orang-orang yang mengiringi kepergian wanita terhormat itu memandang iba. Setelah ditutup doa oleh seorang ustaz, mereka pergi satu per satu meninggalkannya, ayah dan beberapa orang yang merupakan keluarga Nisrina.

Gadis malang dengan rambut tertutup sehelai kain, masih memeluk erat nisan sang ibu. Air mata mengalir deras mengingat hari-harinya akan berbeda mulai hari itu. Tak ada lagi wanita yang akan menyisir rambut hitamnya atau menciumi berkali-kali tatkala ia enggan bangun dari tidur. Tidak ada lagi yang akan memarahinya saat makan malam sambil bermain handphone. Juga tak akan ada lagi yang mengantar dan menunggunya pulang. Ia kehilangan sosok yang sangat berharga. Sosok yang selalu memeluk setiap ia bersedih.

Tak bisa lagi ia membayangkan hari-hari tanpanya. Tak sanggup lagi ia membayangkan kesepian yang akan memeluknya erat mulai hari ini. Meski ia tahu masih ada ayah yang akan menemani dan berbagi kesah seperti biasa tapi tetap saja semua tak lagi sama.

Bundanya berpulang setelah lima bulan berjuang melawan kanker ovarium yang selama ini menggerogoti. Segala upaya dilakukan untuk mengobati sang bunda bahkan sampai terbang ke negara tetangga yang memiliki fasilitas dan tenaga medis terbaik. Namun, semua sudah ketentuan dari Sang Pencipta bahwa Ia lebih menyayangi makhluk-Nya.

Laki-laki yang memiliki nasib yang sama dengan Yasmin, memeluk erat. Tangannya membelai lembut pucuk kepala yang tertutup kerudung. Kecupannya ia daratkan pada kepala Yasmin dan akhirnya gadis itu menumpahkan semua tangis dan kesedihan dalam dekap hangat pelukan seorang ayah.

Langit masih menjatuhkan tetes-tetes air pada tanah yang selalu menerimanya dengan bahagia. Ayah dan anak itu akhirnya beranjak meninggalkan gundukan tanah yang penuh akan bunga tujuh rupa. Langkahnya pelan tak rela pergi meninggalkan jasad sang ibu yang terbujur kaku seorang diri.

Seorang wanita dengan pakaian serba hitam memandang sinis pada mereka dari dalam sebuah mobil. Ia turun dan menghampiri dua orang itu dengan tangis yang telah ia persiapkan sebelumnya.

“Bayu, aku turut berduka cita atas kematian Nisrina ya,” ucapnya dengan wajah sedih sambil mengelus bahu Yasmin.

“Iya, terima kasih sudah hadir. Tolong maafkan semua kesalahan istri saya,” ujar Bayu tegar.

Bayu membawa Yasmin pergi meninggalkan area pemakaman setelah berpamitan pada wanita bernama Clara. Selepas Bayu pergi, Clara tersenyum kecut pada nisan bertuliskan Nisrina binti Rendra Jayakusuma. Tatapan penuh benci ia layangkan pada tempat peristirahatan terakhir sahabatnya itu.

Yasmin memandang kosong pada jalanan yang dilalui dari jendela mobil. Membawanya kembali pada rumah yang kini kehilangan sang matahari. Memorinya memutar kembali kebersamaan dengan ibunya kala berada di dalam mobil ketika hujan turun. Mereka akan menggambar dan menulis di jendela yang terdapat uap air atau bunda akan menyanyikan lagu kesukaannya dan ayah akan mengikuti. Air mata yang sempat berhenti kini mengalir kembali. Dalam setiap sudut mobil itu, terdapat kenangan indah dengan wanita yang melahirkannya. Gadis bermata bulat itu tak tahu apakah nanti dapat melewati hari-hari tanpa wanita cantik penerang hidupnya, jika saat ini saja ia sudah sangat merindu.

Isak tangis Yasmin menjadi musik pengiring perjalanan kembali pulang. Bayu hanya mampu menatap pilu sang putri yang mulai memanggil-manggil nama ibunya. Sama dengan Yasmin, air mata yang sejak tadi berusaha untuk ditahan pun akhirnya lolos, karena merasakan pedihnya sebuah kepergian. Dengan gamang ia harus melalui hari-hari untuk melanjutkan hidup meski hatinya tertinggal bersama jasad sang istri.

Deretan karangan bunga berbaris rapi sepanjang jalan menuju kediamannya. Sebuah ucapan berbelasungkawa yang ditujukan padanya dari orang-orang yang mengenal mereka. Beberapa anak buah Bayu masih ada di sekitar rumah. Beberapa bertakzia dan beberapa yang lain sibuk membantu merapikan rumah yang sejak sore kemarin dipenuhi banyak pelayat.

Tiba di sebuah bangunan megah nan mewah, dengan pagar besi warna hitam yang berdiri kokoh melindungi privasi si empunya rumah. Dua buah pilar tinggi berwarna putih menjulang, menopang rumah yang gagah berdiri memberikan kesan bahwa pemiliknya adalah seseorang yang kuat lagi bijak. Baik Yasmin maupun Bayu, keduanya tidak ada yang beranjak dari dalam mobil. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Tiba-tiba seseorang mengetuk kaca mobil Bayu dan membuyarkan lamunan mereka. Bayu segera membuka pintu dan bergegas keluar ketika melihat Boby, asisten pribadinya yang mengetuk kaca itu. Mereka segera terlibat percakapan masalah pekerjaan.

Yasmin segera beranjak ke dalam rumah tapi kakinya tiba-tiba berhenti saat mendengar percakapan ayahnya. Matanya reflek memandang arah yang ditunjuk Boby. Seorang perempuan berjilbab paruh baya memandang ke arah mereka. Ia segera pergi ketika keberadaannya diketahui. Menurut keterangan Boby yang disampaikan kepada ayahnya, wanita itu sejak semalam telah berada di sana. Ia hanya memandang dan tidak melakukan apa-apa.

Bayu merasa sangat familiar dengan wajah itu. Ia lalu meminta Boby untuk membawa wanita itu jika ia berada di sana lagi. Namun sayang wanita itu tidak pernah muncul lagi setelah hari kematian Nisrina.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku