icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Terima Kasih atas Luka yang Kau Berikan, Mas!

Bab 3 Hambar

Jumlah Kata:1029    |    Dirilis Pada: 13/01/2024

n tadi. Kini harus ditambah lagi, saat aku menerima perlakuan dari Mas Bram di mana aku har

begitu erat seperti enggan melep

ji, aku tidak akan mengulangi semua ini lagi, ini yang tera

i sepertinya benar-benar telah mati untuknya, sehingga semua kini terasa begitu hambar, tak ada lagi rasa kecewa, sed

dak kau lepas saja aku? Kenapa tidak kau ceraikan saja aku? Agar kau bis

masa depan anak-anak kita. Tolong Adek pikirkan baik-baik dan aku juga berjanji, aku tidak akan pernah mengulangi perbuatan ini lagi. Aku khilaf, Dek. Aku benar-benar khilaf, aku berjanji untuk saat ini dan seteru

aku. Namun, tak satu pun dari perkataannya yang berhasil me

minta untuk aku yang memikirkan masa depan kita, masa depan anak kita? Terus ..., selama ini apa yang kamu

ankan karena aku yakin ia pasti tidak mau jika aku benar-benar pergi meninggalkan dirinya dan membawa Karin

-satunya di keluarga Mas Bram. Ia merupakan anak tunggal, sehingga jika bukan dari dirinya, maka dari

" Hanya kata itu yang

langsung bergerak dan melangkah menuju ke dekat lemari untuk mengambil pakaian yang ak

ndi mengenakan pakaian di dalamnya. Aku tidak ingin Mas Bram bisa bebas melihatku bergant

dang duduk di pinggir tempat tidur dengan mengacak-acak rambutnya. Ia terlihat seperti

elanjutkan langkah menuju ke dapur berencana ingin

mengajak Karina jalan-jalan di luar. Anggap saja sebagai pene

jalan malam ini? Horeeee .... J

h dulu mendengar kata-katanya barusan, sehingga ia berteriak k

an bahan-bahan yang hendak kumasak ke tempatnya semula. Kemudian a

r lalu aku lanjut duduk dan melipat pakaian tersebut. Hanya memisahkan beberapa pakaia

mu. Namun, dengan segera aku mengalihkan pandanganku dengan cara menyibukk

alam lemari, tiba-tiba aku merasakan Mas Bram berjalan mendekat

seperti ini." ujarnya sembari m

anya akan sia-sia. Semua perkataanku hanya seperti kaleng rombeng yang ditendang ke sana ke

ngga kami. Apapun yang ku katakan semuanya seolah-olah tak berarti, tak pernah didengarkan, bahkan t

memelukku semakin erat. Namun kenapa, aku tak lagi bisa merasakan kehangatan hatiku sep

isa hanyalah sebatas tuntutan kewajiban semata, bukan lagi atas dasar cinta karena rasa itu telah berubah menjadi hambar dan melua

demi Karina. Demi kebahagiaan Karina. Karena aku belum sanggup untuk mel

ingga aku benar-benar siap dan meminta Karina un

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka