Kubalas Suamiku dan Maduku yang Benalu
ah habis Dinda belanjakan, Mas!" pintaku kepada Mas Iqbal, yang sedang memak
di kelurahan, sekarang Mas Iqbal telah diangkat menjadi pegawai Kelurahan setelah majikan tempat ku sering mencuci pakaian, mengetah
bah, yang dulunya Mas Iqbal tida pernah membentakku sekarang Mas I
berangkat bekerja, masih pagi kau sudah menjulu
ara Mas Iqbal cukup nyaring hingga membuatk
ku tetap saja masih merasa sakit hati, saat melihat ta
ku ke warung untuk berhutang lagi, Mas. Mas sendiri tahu jika hutang ki
kami yang telah menumpuk di warung Mpok Inem, yang tidak
pok Inem, tidak ada warung yang ingin memberiku pinjaman karena Mas Iqbal tidak pernah m
a kamu ingin melunasi hutangmu, sana kamu harus lebih giat bekerjanya, biar bisa menghasilkan uang yang banyak jangan hany
ru saja di katakan Mas Iqbal kepadak
yangkan pukulan ke arahku, bukan sekali dua kali aku menerima pukulan dari tangan Mas Iqbal kep
h sering Nela memahan lapar Mas. Apa pagi ini kami juga harus ke
sin di piringnya!" air mataku menetes saat kembali mengingat permintaan putriku, sembari aku menatap Mas Iqbal,
adik iparku, tidak jarang sisa uang Mas Iqbal habis untuk memanjakan selingkuhannya, yang
kamu ingin makan, lebih baik kau cari pekerjaan tambahan di luar sana jangan hanya mengandalkan dari upahmu sebagai bu
yang terjadi dengan Mas Iqbal sehingga bisa berubah seperti sekarang ini, apa ini karena Mas I
emua gara-gara kamu Dinda, jika sampai Mas kena omel dengan
jauh, yang kemudian melangkah melewati k
al, sehingga Mas Iqbal sudah tidak memilik
Nela
mata menatapku, mungkin karena Nela melihat sikap kasar Mas Iqbal kepad
Nela lapar?" tanyaku mengusap pipi putriku yang ber
emberi kita uang untuk membeli makanan pagi ini." ucapku membujuk putriku Nela, agar
, Melihat kepergian putriku, aku juga beranjak untuk keluar m
ah habis Dinda belanjakan, Mas!" pintaku kepada Mas Iqbal, yang sedang memak
di kelurahan, sekarang Mas Iqbal telah diangkat menjadi pegawai Kelurahan setelah majikan tempat ku sering mencuci pakaian, mengetah
bah, yang dulunya Mas Iqbal tida pernah membentakku sekarang Mas I
berangkat bekerja, masih pagi kau sudah menjulu
ara Mas Iqbal cukup nyaring hingga membuatk
ku tetap saja masih merasa sakit hati, saat melihat ta
ku ke warung untuk berhutang lagi, Mas. Mas sendiri tahu jika hutang ki
kami yang telah menumpuk di warung Mpok Inem, yang tidak
pok Inem, tidak ada warung yang ingin memberiku pinjaman karena Mas Iqbal tidak pernah m
a kamu ingin melunasi hutangmu, sana kamu harus lebih giat bekerjanya, biar bisa menghasilkan uang yang banyak jangan hany
ru saja di katakan Mas Iqbal kepadak
yangkan pukulan ke arahku, bukan sekali dua kali aku menerima pukulan dari tangan Mas Iqbal kep
h sering Nela memahan lapar Mas. Apa pagi ini kami juga harus ke
sin di piringnya!" air mataku menetes saat kembali mengingat permintaan putriku, sembari aku menatap Mas Iqbal,
adik iparku, tidak jarang sisa uang Mas Iqbal habis untuk memanjakan selingkuhannya, yang
kamu ingin makan, lebih baik kau cari pekerjaan tambahan di luar sana jangan hanya mengandalkan dari upahmu sebagai bu
yang terjadi dengan Mas Iqbal sehingga bisa berubah seperti sekarang ini, apa ini karena Mas I
emua gara-gara kamu Dinda, jika sampai Mas kena omel dengan
jauh, yang kemudian melangkah melewati k
al, sehingga Mas Iqbal sudah tidak memilik
Nela
mata menatapku, mungkin karena Nela melihat sikap kasar Mas Iqbal kepad
Nela lapar?" tanyaku mengusap pipi putriku yang ber
emberi kita uang untuk membeli makanan pagi ini." ucapku membujuk putriku Nela, agar
, Melihat kepergian putriku, aku juga beranjak untuk keluar m