icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Benih Sang Paranormal

Bab 2 Kedua

Jumlah Kata:1011    |    Dirilis Pada: 09/01/2024

emakin tertekan dan menangis. disaat yang bersamaan Adipati yang sejak pagi ada di restoran tiba di rumah, ada rasa bingung dalam hatinya saat melihat sang put

epada kami!" bentak Sukma sambil sedikit mendorong tubuh sang putri. "Maafkan Intan, Ma. Intan benar-benar khilaf, semua ini Intan lakukan agar Intan sembuh dari pengaruh ilmu hitam yang dikirim seseorang," jawab Intan sambil terus menangis. "Ilmu hitam, jadi selama ini kamu pergi ke dukun untuk mencari jodoh?" tanya Adipati sambil berdiri dari tempat duduknya. "Iya, Pa. Saat Mama mendesak Intan untuk segera menikah, Intan berpikir keras bagaimana mungkin aku bisa menikah sedangkan sikapku kepada laki-laki sangat dingin dan terkesan cuek, yang ada dalam pikiranku hanyalah karier dan karier. Maka dari itu aku berpikir jika ada seseorang yang telah mengirim ilmu sihir kepadaku," jelas Intan sambil menunduk. "Ya Allah, Intan. Harusnya kamu bisa berdiskusi dengan Mama dan Papa sebelum kamu melangkah, kamu bukan gadis remaja ... ." belum selesai Adipati berbicara Sukma langsung menjambak rambut Intan dan menyeretnya ke kamar mandi. "Dasar anak tolol, harusnya kamu bisa bedakan mana yang benar mana yang salah. bukannya malah hamil diluar nikah, kamu memang tidak bisa di banggakan. Hanya bisa bawa malu orang tua saja!" bentak Sukma sambil mengguyur tubuh Intan dengan air. "Berhenti, Ma! Apa yang kamu lakukan," bentak Adipati sambil mengambil gayung dari tangan sang istri. Sejak kecil Intan memang bukanlah anak yang melawan orang tuanya apalagi kepada Sukma. Bagi Intan orang tuanya adalah jalan untuknya meraih mimpi dan sukses. Jadi tidak heran saat Sukma memperlakukan Intan dengan kasar dia hanya menangis tanpa mau melawan. "Apa Papa tidak lihat, anak kita hamil tanpa suami? Itu akan membuat kita malu di keluarga besar dan di lingkungan ini!" bentak Sukma dengan mata tajam. "Papa tahu, tapi bukan seperti ini caranya, Ma. Ini hanya akan membahayakan Intan dan bayinya saja." Adipati berusaha membantu Intan berdiri. "Biarkan saja, Mama sudah tidak peduli dengan anak ini. Lebih baik kamu suruh dia bereskan pakaiannya dan pergi dari rumah ini," perintah Sukma kepada sang suami. "Intan lebih baik kamu masuk ke dalam kamar, dan ganti pakaianmu.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka