Benih Sang Paranormal
r langsung terkejut saat tangan Satria menariknya dengan paksa. Rasa marah dan kesal terlihat jelas di wajah Satria saat memperlakukan Intan dengan
inya. Begitu juga dengan Intan yang kini harus menanggung kesalahan yang dia lakukan bersama Satria. "Maafkan Ibu, Nak. Ibu sudah gagal menahan air mata ini, Ibu janji akan selalu menjaga dan merawatmu dengan baik," ucap Intan sambil mengusap perutnya dengan perlahan. Setelah puas menangis dan meluapkan kesedihannya, Intan pun langsung mengambil ponselnya yang diletakkan diatas meja. Intan yang saat itu dalam keadaan frustasi langsung menghubungi Luna dan memintanya untuk bertemu di sebuah cafe. Tidak berapa lama Luna dan Intan pun akhirnya bertemu, Luna yang memang lama tidak bertemu dengan sang sahabat terkejut saat melihat kondisi Intan. "Kamu sudah menikah?" tanya Luna yang duduk di hadapan Intan. "Belum ... ." "Lalu, bagaimana mungkin kamu bisa hamil jika kamu belum menikah?" tanya Luna yang mulai penasaran dengan keadaan Intan. Intan pun akhirnya menceritakan kejadian yang menimpanya, kebodohan serta nafsu untuk mendapatkan seorang suami dan lepas dari ilmu hitam membuatnya percaya pada mulut manis Satria. Luna yang merasa bersalah karena telah memberikan saran yang salah kepada Intan langsung berdiri dan duduk di samping Intan. Pelukan hangat dan perhatian diberikan Luna kepada sang sahabat dengan deraian air mata. "Maafkan aku, Intan. Aku tidak menyangka jika saran yang aku berikan justru membuat hidupmu berantakan." Luna menangis di pelukan Intan. "Ini bukan kesalahanmu, Luna. Ini semua kesalahanku, aku yang bodoh, kenapa aku tidak menolak ajakannya malam itu," jawab Intan. "Lalu bagaimana sekarang, apa laki-laki itu mau bertanggung jawab?" tanya Luna yang dijawab gelengan kepala oleh Intan. "Dasar Laki-laki Bajingan ... sekarang kamu antar aku bertemu dengannya, aku akan membantumu agar dia mau bertanggung jawab." Luna berdiri dari tempat duduknya dan langsung menarik tangan Intan. "Percuma, dia tidak akan pernah bertanggung jawab. Apapun yang aku lakukan tidak akan membuatnya bertanggung jawab," jawab Intan sambil menunduk. "Tapi kita 'kan belum mencobanya, siapa tahu kali ini dia bersedia untuk bertanggung jawab," ucap Luna sambil kembali duduk di kursinya. "Tidak, Luna. Semua usaha sudah aku lakukan, sekarang aku hanya bisa ikhlas dengan apa yang terjadi kepadaku saat ini. " "Lalu, apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu sa