CALON MERTUAKU
kaki gemetar. Kabar yang sangat tidak bisa aku percaya. Namun, apa a
ling telepon." Aku duduk di lantai, mengabaikan ra
lagi akan digelar. Satu bulan kemudian dan Bang Angga ke kamp
enenangkan. Aku sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Semua persiapan, ini dan itu sudah disiapkan. Bahkan sudah hampir habis tabunga
*
ah lima menit aku membuka mata. Aku ada di ruang k
b sambil melihat ke arah cincin tunangan kami. Aku
dijemput sama suami." Teman yang menjagaku
ubungan kami sah. Harusnya aku bisa menjadikan Bang Angga sebenar
pencil dan jauh. Kata orang calon pengantin kalau pergi itu darahnya manis, dan bisa jadi ada ke
rib. Biasanya Bang Angga sudah menjemputku di depan kantor. Aku sudah kehilangan
pir habis satu bungkus. Hanya saja aku tidak mau memperlihatkan pa
sendirian." Sapa salah satu s
malas menjelaskan pada siapa-siapa. Aku hanya tersenyu
ngsung merebahkan diri di ranjang. Rasanya lelah luar biasa sekali. Sudah pek
jadi. Tertulis di sana Angga Pramudya dan Indah Nora Diana. Nama kami berdua yang te
ada yang memberi kabar. Apa sebab kematian calon suamiku. Aku mencoba mendial nomor tadi siang, tapi di luar jangk
emberikan kabar. Karena Bang Angga pergi dalam keadaan sehat dan tidak menunjuk
ercampur aduk. Sedih karena ditinggalkan calon s
*
habis menangis semalaman. Terlalu banyak kenangan di antara kami yang
kanku kemarin. Suara agak putus-p
ya apa sebab kemat-" Y
kirim wa susah sinyal. Aku menanyakan siapa pemilik nomor handphone ini dan apa sebab kemati
an. Terima kasih, semoga kamu bahagia bersama lelaki lain. Mohon maaf kalau Angga ada berbuat sala
on suamiku sudah sejak Bang Angga kecil meninggal. Katanya lagi ayahnya tidak
dengan kami. Bang Angga tidak terlalu terbuka soal keluarganya. Dia cenderung meng
dan mengambil jatah cuti yang seharusnya aku gunakan setelah menikah unt
sip di kantor, pernikahanmu batal karena calo
aya mau ziarah kuburan untuk perta
h? Kita ada deadline lo
rjaan saya akan saya selesaikan."
nghilang begitu saja tanpa pamit pada makam Bang Angga j
dimulai dari sekarang. Saya nggak peduli mau ada lembur atau nggak. Itu su
harus diselesaikan. Aku sempatkan mengirim pesan pada O
Angga?] Aku langsung to the point saja. Lama seka
ar terpencil dan tidak seperti yang kamu bayangkan. Lebih baik bawa baju
asih. Saya akan datang m
e kampung Bang Angga harus pakai bus dulu selama delapan jam. Lalu harus menyeberang menggunakan speed boat selama empat jam
hati kacau, mata sembab dan kurang makan. Ya, maklum tidak ada yang m
bus dengan satu koper kecil baju saja. Lalu aku meli
l bicara, dan jangan terima makanan dari orang asing. Sampai di pelabuhan nanti
Om.] Jawabank
ndela, sambil melihat pemandangan yang kiri dan kanan yang isinya hu
m foto ini tinggi badannya sama. Wajah juga mirip. Lalu dari pantulan kaca aku seperti melihat waja
Jangan takut, Bang, Indah akan ke makam untuk mengujungi Abang. Indah janji nggak aka
Angga seperti melintas dalam penglihatan. Wajahnya pucat
ambu