Gairah yang Tertahan
aran tentang cerita masa lalu suamiku, yang padahal dari awal pe
n cerita yang sepertinya tidak jauh berbeda dari apa yang se
h kopi panas yang sudah aku buat untuk S
ima kasih
h aku tany
napa harus tanya gitu dulu
dong HP-nya
a a
sebentar. Terus ada hal yang membuat aku kepikiran.
ak
Rendi sama sekali diluar ekspektasiku. Ini ad
as
u. Emang apa pentingnya sampai kamu harus tau
banget kaya gini? Kalau Mas nggak mau jawab jug
ahla
mah bahkan kopi yang baru aku bua
t padaku. Cukup lama ia mengabaikanku dan akupun mencoba untuk terus meminta
angsung mandi dan bersantai sa
in
lang tetapi Mas Rendi malah menelepo
mu pulang sekar
i di rum
k karena takut terjadi sesua
. Ibu kecelakaan,
ama aku langsun
aku mengalami kec
a, Dok?" tanya Mas Rendi saat d
tindakan yang harus dilakukan, pengobatan serta biaya yang harus dikeluarkan. Tak lupa jug
rasa tidak setuju jika pengobatan Ibu sampai harus keluar negeri, padahal Dokter merekomendasikan beberapa rumah sakit terbai
han di Singapura selama satu pekan. Itu berarti
kan anak, sudah ludes. Bahkan Mas Rendi harus menjual rumah kami berdua, sehingga kini aku tinggal bersama di rumah Ibu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sampai mence
tanyaku pada Mas Re
untuk Ibu. Tolong
pas-pasan saja. Bahkan aku sudah tidak b
emua omongan Ibu yang pastinya masih membuatku sakit
ya aku mau
lagi? K
apa? Apa aku p
au Ibu butuh diutamakan sebelum kamu? Ibu pe
Aku nggak mau nambah beban buat kamu. Udah du
ang jaga Ibu s
awatirkan
rodanya. Meski dengan keadaan yang belum sehat total, juga dengan bicara ya
ri kamu buat cari kerjaan lagi. Biar dia juga merasakan lelahnya cari uang kalau sudah berum
tuk Ibu. Sayang, soal keinginan kamu Mas setuju. Kalau kamu mau
ggu panggilan dari beberapa perusahaan ya
g jaga, aku mau jalan-jalan sore ke taman komplek. Aku melewati rumahku yan
at ada sesuatu yang menarik tertempel di kaca
wongan p
imana bisa aku yang sedang membutuhkan banyak informasi l
rpengalaman. Membaca sampai disitu saja aku merasa sudah ada peluang besar. Namun,
tatus pernikahan tidak menjadi hambatan.
kali tidak menghiraukan Ibu Mertuaku dan langsung masuk ke kamar untuk
ingin diantarkan oleh Mas Rendi, hanya saja bertepatan dengan jadw
sar. Sempat merasa kurang percaya diri
i selebaran yang saya lihat, hari ini ada walk
u sebent
iapa akupun tidak tahu. Akhirnya aku dipersilah
tu. Anehnya, tanpa banyak berbasa-basi, aku langsung di ajak untuk ke lantai pal
etapi HRD itu menjelaskan jika CEO di perusahaan itu cukup selektif
okk, to
luas, malah sangat luas bagiku yang du
akan pelamar. Saya
bersama CEO yang belum aku lihat jelas wa
tidak asing untukku. Dan dia ter