Gairah yang Tertahan
ah tangga tiga tahun tapi belum juga punya anak," ucap Ibu Mertuaku yang katanya han
inya juga teratur. Aku juga sebisa mungkin menghindari stres wa
amu stres?" Nada bicara Ibu Mertua
duh Ibu, apa me
kamu susah hamil.
lah asyik main game dengan ponselnya. Begitulah kebiasaannya setiap pulang kerja. Bukan
. Mungkin saja Mas Rendi yang bermasalah. Dokter juga nyaranin supaya kita d
i, hanya saja aku menghormati Ibu Mertuaku yang sudah menjadi Ibu kedua bagiku. Na
a anak dari istrinya yang dulu. Kamu mau membela diri tapi menuduh R
r merasa hilang kesabaran. "Mas
aku secara tidak sadar m
mau malem juga," ucap Mas Rendi yang akhirnya ber
santun!" ucap Ibu Mertuaku yang lan
maaf atas perbuatan Ibunya padaku. Namun, salah. Ak
nta cucu sama kita. Anak Ibu itu cuma Mas. Dan anak Mas kan iku
alah. Ibu pikir aku nggak mau punya anak apa? Umur aku juga udah mau 28 tahun, jelas
kamu buat cepet hamil. Hidup bersama kamu saja Mas sudah sangat
, Mas bicara don
knya jangan diba
suamiku, karena aku
bergairah. Selama pernikahan kami, akulah
s .
her suamiku, untuk me
cape banget hari i
a
gi aku
a pulang lembur. Se
, Mas
sederhanaku itu. Ia masuk ke dalam kamar sambil membawa p
endiri. Bermain dengan jariku sampai aku me
*
osan juga hampir setiap hari di rumah apalagi
tetapi tetap menghasilkan uang. Daripada stres di ruma
ndalkan Suamiku yang selalu ogah-ogahan jika aku memintanya untuk antar ke supermarket
ir pekan tetapi cukup ramai karena aku belanja so
a. Sebagai seorang istri, aku sudah pandai me-manage uang. Walaupun belum punya anak, t
di 564.300 r
ompet, mulai merasa panas dingin setelah ka
dompetku? Apa ak
gga aku tidak menyadari kalau aku lupa membawa dompet. Dan sayangnya saldo e-wallet-ku ku
64.300 rupiah. Kalau tidak
p saldo. Boleh saya telepon suami saya dulu?" tanyaku berharap Mbak kasir itu
ak. Antrea
i dengan gugup karena orang-
Mas Rendi tetap
eseorang yang memberikan blackcard
usah,
Saya hanya meminjamkannya, nanti kamu
tidaknya pria yang ada di bel
mi saya masih belum bisa dihubungi, boleh saya minta nomor rekening dan
dak akan
menggelengkan kep
utuh ja
arang berharga, saya juga
r ke rumah. Dan kamu bis
ru
egitu kamu tid
an," ucapku yang keberatan jik
antarkan kamu pulang, ta
mengiyakannya. Aku juga tidak mau j
iam saja. Karena memang tidak ada t
ia itu saat mobil berhe
sini, saya ke dalam ambil dompet,"
dalam?" tanya pria itu membuatku merasa c
Saya tidak bisa asal memasukkan orang
ku suruh untuk menunggu di mobil, malah sudah du
Saya kan sudah bilang Mas tunggu di mobil, k
uangnya. Aku genapkan saja jadi 600 ribu
i rumah, ia malah berjalan mendekati foto pernikahanku dengan sua
mi?" tanya pria itu benar-benar m
ggu, tetapi bagiku rasanya sedikit tidak sopan sa
ulang, sekali lagi saya
sir secara halus. Ba
, ternyata suamiku pun pulang
h paham padaku karena pria ini kelu
baik-baik saja. "Keterlaluan! Suami sibuk kerja, eh ini istri t
na .