Gairah yang Tertahan
dengan Ibu Mertuaku lagi. Karena dia masih saja marah dan menganggap bahw
ngapa ia membatalkan rencana kita keluar, sebab aku
au bagaimana lagi, aku memang merasa dinomorduakan. Dan di
s Rendi yang langsung
ak masak lagi hari ini." Aku langsung berdiri menghampiri sua
makan. Kamu u
yang langsung s
ah yang aku rasakan akan semakin memuncak saja rasanya. Dan seolah hal itu mendorongku untuk
at aku kembali mengingat pria asing yang dua bulan ini memenuhi otakku. Sehin
uk dulu. Mas
untunku untuk
amu kenapa akh
. Pikiranku sudah tidak karuan, aku takut jika Mas Rendi m
? Aku gak ap
idup Mas. Mas gak enak kalau kalian saling diam. Jadi, karena kamu masih muda,
apa? Yang ngediemin aku kan Ibu sendiri. Padahal aku udah jelasin
a kesalahanku, malah dibuat emosi dengan Mas
ang
Aku langsung masu
*
bulan kem
abungan pendidikan anak kita lho, Mas. Karena uang yang Mas kas
t menjerit saja karena tidak pernah bertahan lama. Bukan
lu. Masih untung Mas nggak di PHK juga," jawab Mas Rendi membuatku kembali merasa iba karena meras
0 persen. Lumayan kalau buat perlengkapan mandi sama kebutuhan dapur," ajakku pada Mas Rendi dengan ni
asi. Apalagi sekarang musim hujan, kasihan. Jadi sekarang mau pesan dulu bahan materialnya biar ikut pengi
. Ya, miris. Miris pada diriku sendir
uangnya buat renovasi rumah Ibu?" tanyaku masi
ganggukkan ke
Mas. Aku bisa sendiri
erganti pakaian. Tak perlu pamit karena mema
kali jika harus langsung pulang, karena Mas Rendi sudah dipastikan belum pulang kalau langit belum berubah menjadi gelap. Di rumah
saja. Biar sejenak aku melupakan permasalahan rumah tanggaku
orang wanita yang tidak asing diingatan
hanya saja Mbak Dyan sudah melihatku terlebih d
tri Mas Re
uk. "Mbak Dyan. Apa kabar,
oleh aku
Mbak bukannya
suami. Gimana kabar Mas Rendi
masalah keluargaku pada mantan istri Suamiku sendiri. Apalagi aku tidak tahu alasan mereka ber
k, M
ritaan aku pas masih rumah tangga sama Mas Rendi yang masih disetir sama Ib
berpikir mungkinkah perpisahan diantara merek
hkan sebelum aku memberikan responku t
nggungnya. Pernikahan itu harus membawa kebahagiaan bukan malah penderitaan. Sakit secara fisik mungkin masih bisa diobati, tapi
aku terlalu tenggelam dalam ucapan dia yang seolah tengah membuka mataku, yan
h aku terlalu pemaaf atau s
jadikan alasan untuk perpisahan, aku lebi
h