LELAKI "LAIN" SELAIN SUAMIKU
arahku meledak. Sekian puluh tahun hidup bersama. Baru kali ini aku terjebak dalam perasaan
ri
rdiam. Tapi tampak menyembunyikan perasaan gentar. Rupanya lelaki pun menyimpan perasaan ciut di hati
kan. Perilakuku demikian kalap. Kusambar saja pisau dap
meronta-ronta, bergulat dengan Mas Puji memperebutkan pisau. Tentu saja tena
p.Coba kuraih benda apa saja yang bisa kujangkau. Semua benda keras yang dianggap berbah
s dengan bergayung-gayung air. Mas Puji mengawasiku di pintu kamar mandi. Kudorong pintu itu d
gi-lagi tenagaku kalah bersaing dengan kekuatan lelaki itu. Kubentur-benturkan kelalaku di daun pintu yang terbuat
rah
hidup dalam pengkhianatan. Kudengar Mas Puji berteriak keras m
n...Henti
aaakk.." ter
berhenti sampai a
asa lolos satu persatu. Bagai seonggok daging tiada bertulang. Tubuhku melorot ke bawah dan men
iga kau!" Ter
an meredakan amarah yang meledak-ledak dalam dada. Aku perlaha
a. Selain karena itu adalah perbuatan haram menurut agama yang kuanut, justru akan
i di
ini di atas bantal. Meraih foto pernikahan dengan Mas Puji. Kudekap foto itu di dad
bicara dengan seseora
entar, Bu?" Rupanya lela
kit. Kumohon ibu s
i. Biarlah dia pergi, toh dia tak menginginkanku lagi. Hati ini t
ing-keping. Ya, Allah! Kuatkanlah hati hamba-Mu ini.Berilah hamba kemampuan untuk m
nyiksa ini. Apa salah dan dosaku hingga suami yang amat kucinta memberikan tikaman terdalam di jantung. Adakah perkataan atau perilaku
kit ini. Sulit rasanya menawarkan rasa cinta ini yang sudah terlanjur melekat erat di hati
palu godam memjerembabkan tubuhku ke dalam perut bumi?Sungguh ungkapan
uh-sungguh atau hanya sekadar guyon belaka, menjadi inkrah?Sadarkah ia b
atu saat nanti, cepat atau lambat, akan tiada. Segala sesuatu di bumi ini akan binasa pada waktunya, akan punah seiring dengan jatah waktu yang diber
ah datang. Mereka berteria
h...Ra
ara Revan ikut meny
nakku kaget melihat kondisi rumah yang berantakan. Apalagi di dalam kamarku
agfirullahal'adziim,"
adi Ratih?" Ibu
anakku ikut bertanya d
emua apa yang terjadi, tapi lidahku kelu. Tak mampu berkata-kata. Hanya air matak
ibu berka
istirahat dulu. Kelihatannya ia sangat kecap
di luar aja," ajak R
da di mana?" Ibu
api nyatanya malah kau tak ada di rumah. Kau bi
ya. Aku tahu bahwa yang diajak bicara ibu me
umah! Aku in
terkenal pendiam, yang kalaupun bicara, tutur katanya demikian lembut dan sopan. Tapi
nya. Sebentar kemudian anak
u sakit, tampaknya ia belum siap untu
am pandangan mataku. Ibu pun mengakui kebaikan hati
aikum..!" Su
kan lagi antara aku dan mas Puji. Mel
setia membaca hi
kelanju
ike, share an