LELAKI "LAIN" SELAIN SUAMIKU
eremukkan tulang wajah. Jika saja ada cermin di hada
golongan KDRT itu, secara fisik tak seberapa. Tapi pe
han tahun lampau itu, belum meredakan amarahn
gegas membuka pintu. Keluar dan membantingnya kera
a hati bagai teriris sembilu dan tersiram air garam. Sampai hati mas Puji menjelmakan kekas
mengangakan luka. Ingin mendinginkan suasana hati. Jika sudah seperti ini,
membalas jerih-payahnya dalam mengasuh sejak kecil, begitu ada masalah, mereka lagi yan
Orang tua itu senantiasa membukakan pintu rumahnya, siap
aku pun ada. Tapi untuk membicarakan masalah konplik
ercaya bisa menampung dan memberikan
lahan ini tidak kutanggung sendiri, sebab kalau tidak, bisa saja pi
n gejolak hati tak mampu sepenuhnya kusembunyikan. Hal
Puji?" Tanya ibu seperti s
afas dalam-dalam, l
laper!" Rengekku tanpa me
lengos ke dapur. Mencari makanan dengan harapan bisa menenangk
i mana ibu sedang sibuk menjahit. Aku selalu berselera menyantap masakan ibu. B
itu. Tapi kali ini terasa beda. Tak sesuap pun yang bisa meniti tenggoroka
u. Seketika pelupuk mataku memanas. Bulir-bulir air ben
era masuk ke bekas kamarku dulu, semasa aku masih gadis. Kukun
ndalan kaum Hawa jika menghadapi permasal
enangis lagi, sehingga begitu tiba masanya melak
.tok..
meleleh. Ibu mengetuk pintu kam
atih, buka
yum, tapi justru terlihat aneh lantaran kurasakan pelupuk mata yang mulai menebal, m
up. Barangkali saja ibu punya solusi atas permasalahanmu, atau
ikan kesedihan yang mendera batin. Tak mampu lag
anku tadi. Bermasalah dengan
punya anak yang berusia belasan tahun, tapi di hadapan ibu, aku seperti balit
is, sebelum mengangguk mengiyaka
adalah seorang lelaki yang baik, bertanggu
i. Memang benar apa yang dikatakan itu tentang suamiku. Tapi it
iri yang mengalaminya secara langsung. Ia menghilang beberapa hari, setelah kemb
uji mena
enantu kesayangannya itu sebagai pel
kata ibu menyambung
nanya berbohong. Memang benar seperti
bu menarik
saat. Boleh jadi, dulu baik. Tapi karena suatu dan alasan yang menur
isak menahan
pa Puji bertindak kasar padamu," kata ibu melanjutkan k
annya bertindak kasar. Karena dia tidak mau men
alasannya. Bersabar saja, mungkin beberapa har
galkan diriku yang masih terkulai lemah. Aku haru
keras padaku. Atau ada persoalan berkenaan dengan urusan pekerjaannya yang sulit
lantas dilampiaskan dalam bentuk kekerasan verbal maupun kekerasa
as Puji berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. D
tungku berpacu sangat cepat, sampai nafasku tersengal-sen