LELAKI "LAIN" SELAIN SUAMIKU
u?" Basa-basi m
tah mas Puji pada anaknya, seolah tak a
" Perintah ibu
ata jujur. Jangan ada yang disembunyikan s
ng s
i antara kalian. Ratih belum mau bicara. Jadi kuharap kau ma
i menghela nafas
maaf yang sebesar-besarnya
melanjutkan kalimatnya. Dapat kubayangkan, tatap
s Puji yang menggantung itu, seperti memahami apa yang akan me
ng l
agai jawaban atas pertanyaan ibu sambil menundukkan kepala. Yang aku salut sama mas
mu. Tapi kau pun harus memahami sikap i
gan tangan pada istrimu, hanya karena perempuan l
uduk bersama mereka, ikut bicara atas persoalanku. Tapi rasanya, hati ini belum siap melihat
boleh, Bu?" Akhirnya
luar dugaanku. Mungkin karena rasa panik dengan reaksi
karena dorongan hawa nafsu saja dan bersembunyi di balik kesucian poligami. Sesungguhnya aku tak menentang syariat poligami, karen
ar, bahwa kau telah
Lirih jawa
gami dan kau pun bisa berbuat adil, tak ada masalah. Tapi kuperingatkan, ja
melahirkannya. Aku yang mengasuhnya dari kecil sampai dewasa. Tapi tak pernah sekalipun
ari, lebih baik kau kembalikan dia padaku. Meski aku serba kekurangan, tapi aku sanggup k
at mengkhawatirkan kondisiku. Memang aku belum bisa move on atas apa yang t
uan makan minumnya. Tentang mas Puji, aku tidak tahu. Selama sepekan ini ia tidak ada di rumah. Ialah, past
ati
ibu men
as-malasan. Entahlah, sekarang ini rasanya lebih nyaman rebahan ketimbang berkutat-
perangaiku berubah. Aku malas dan mudah tersinggung. Sedik
ah baikan
atiku. Beliau ingin memastikan bahwa k
di. Jangan terlihat lemah di hadapan siapa saja. Tunjukka
memberikan spirit, coba memberikan sugesti agar hati ini tidak semakin terpuruk dalam ketidak-berdayaan. Memang saat in
idak semua perempuan bisa bersikap seperti apa yang kau perlih
udut mata
n lagi karena pengkhianatan orang tercinta. Tapi aku te
ntas menangisi apa yang sudah terjadi. Yang terpenting sekarang, bagaimana cara agar h
u. Kuhapus air mata yang mulai bergulir di sudut kelopak dengan ujung sarung yang kukenanakan. Aku member
ubuhku yang rapuh ini. Aku merasa seperti bayi dalam dekapan ibunya. Ia aku adalah bayi tua yang merindukan kehangata
Setelah ditinggal ayah hampir lima tahun silam, ibu berusaha sendiri dengan membuka kios sembako di depan rumahnya. Kiosnya rama
tih.
iba saja mas Puji sudah ber
ikuti perjalanan
akan lanjut pada
ti, semoga up
�