SALAH DIDIKAN: TERJERAT LEMBAH KELAM
tidak pernah sudi! Dasar kamu tukang selingkuh!" teriak Nyonya Lisda kepada suaminya."Hei ... Lisda sialan! Kamu pikir aku tidak tahu dengan apa yang telah kamu lakukan selama ini? Ka
emua pertengkaran ayah dan ibunya.Gadis itu terlihat mengepalkan tangannya menahan gejolak kemarahan yang semakin menyala dari dalam tubuhnya.Jihan ingat betul saat dirinya masih berusia delapan tahun, ayahnya pernah membawanya ke tempat markas judinya bersama teman-temannya. Jihan sangat ingat, waktu itu dia sedang sakit demam. Namun ibu kandungnya, Nyonya Lisda sedang liburan ke luar kota bersama para gen
ghampiri putrinya lalu menjambak rambutnya dengan keras."Tadi kepala sekolah, menghubungi Mama. Uang jajan teman-temanmu hilang tiba-tiba dari tas mereka, saat jam pelajaran olah raga. Kamu dicurigai sebagai dalang dari hilangnya harta benda teman-temanmu! Ayo jujur! Kamu kan yang melakukannya?" teriak Nyonya Lisda sambil makin menarik rambut putri kandungnya."Sakit, Ma!" jerit Jihan mulai histeris. Karena sang ibu semakin menarik rambut Jihan dengan keras. "Biarin kamu merasakan sakit! Semua tak sebanding dengan kelakuanmu yang suka mencuri!" teriak sang ibu.Jihan diam dan tidak berkata apa pun. Dia memang memiliki kebiasaan buruk suka mencuri barang milik orang lain. Hal itu sudah sejak dari kecil dirinya lakukan. Setelah mencuri dan mengambil barang orang lain secara diam-diam. Jihan sangat senang dan bahagia.Sepertinya gadis ini mengidap satu kelainan penyakit psikologi yaitu kleptomania. "Pantas saja Papa selalu kehilangan uang di dompet! Ternyata kamu pencurinya! Plak!" Satu tamparan keras mulai mendapat di pipi Jihan. Membuat kepalanya tiba-tiba menjadi pusing. Belum lagi ibunya yang terus saja menjambak rambutnya dari tadi."Hei, Raksa! Jangan asal main tampar saja, kamu! Periksa tasnya!" perintah sang istri."Kenapa bukan kamu yang memeriksanya sendiri?" ketus sang suami."Kamu tidak lihat apa? Aku sedang sibuk sekarang?" sahut Nyonya Lisda sambil menajamkan matanya."Baiklah! Aku akan memeriksanya sendiri!" Lalu Tuan Raksa menarik paksa tas Jihan dari pundaknya. Sang ayah lalu mengeluarkan semua isi tas Jihan dari dalam tasnya, semua berserakan di bawah lantai. Berbagai macam barang-barang hasil curian putri mereka terpampang nyata di depan kedua orang tuanya. Ada banyak lembaran uang rupiah, jam tangan bermerek, kotak pensil, jepitan rambut mahal. Semuanya lengkap.