Luka Terindah
Suamiku ... C
up kamu itu gak semudah yang aku bayangin. Bahkan,
sempurna di mata kamu, nyatanya tidak menjamin kamu akan berubah, ya, Resh. Da
percayai kamu. Aku juga salah, karena udah menaruh harapan terlalu tinggi atas diri kamu. Dan ...
. Tapi, aku juga gak menutup mata, jika kamu adalah sebab dari segala
ku diam, bukan berarti aku percaya dengan semua yang kamu katakan. BUKAN. Justru, aku tahu segala hal
sebagai seorang istri dari
tuk dijalani. Apalagi harus berpura-pura segalanya baik-baik saja, us
Oke, lah,
. Mmm, yaaa
. masih bisa
lakang aku, mungkin hanya ikhlaslah yang tinggal ter
.. I
hlas meninggalkan "rumah" yang selama ini aku tinggali sendirian. Dalam artian, perceraian a
p saat. Harus siap menjadi yang bukan prioritas utama, dan harus siap menjadi yang kedua pula. Entah itu bertahan d
rumah tangga kita, aku juga gak sanggup, Resh. Bertahan sakit, melepas pun juga jauh lebih sakit.
a kita bangun bersama diluluhlantakkan. Hal apa lagi yang bisa aku pertahanin, Resh, dari pernikahan ini? Hal apa lagi ya
percaya, kalau kamu–yang aku kenal sejak kec
an sekarang, udah waktunya juga aku mundur dari kehidupan kamu, Resh, waktunya ak
untuk lukan
untuk kenan
sih untuk
ih jugs untuk cint
anita yang merasakan
Jangan lupa sholat, dan j
pa
is yang sangat menyesakkan. Sampai-sampai, kedua kakinya terasa begitu lemas, hingga sulit untuk menopang tubuhnya yan
an dan sudah berjalan selama lebih da
aku. Aku mohon," gumam Ar
*
rambut tak beraturan itu, terlihat begitu sibuk mengobrak-abrik isi dalam lemari, membuk
a berjalan keluar kamar, berpapasan dengan sang kakak yang baru saja se
sudut ruangan, sebelum akhirnya berjalan menuju nak
etika melihat kembarannya begitu sibuk
ggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Buk
dengan dahi berkerut, ikut kebingungan
bawa ke ap
yang hendak diperbuat oleh lelaki itu. "Ha? Ngapain? Gue juga punya buku begituan sama Zezei. Lagian, faedahnya a
sembari mengembuskan napas panjang. "Gue gak
u nikah?" tanya Arash lagi, semakin pe
au gue sembunyiin dari sekarang," terang Aresh, yang lagi-lagi k
o takut digugat cerai Sasa, tapi berani bermain api selama ini. E
af, kan, gak bisa diprediksi,
oran luwak! Udah berulang kali gue bilang sama lo, kalau yang namanya khilaf itu gak bakalan diulang terus menerus dalam kesalahan yang sama. Jadi, gak usah
sh menoleh, menatap kesal pada lelaki berwajah serupa di
udah lo lakuin, gue rela ngoceh terus, bahkan sampai mulut gue berbusa. Jadi, persiapkan telinga
banget sama adek sendiri,
las Arash. "Apa lo mau, jadi duda di usia muda karena sikap bodoh yang men
i cantik, masih aja kegatelan sama cewek lain yang ratenya aja jauh di bawah Sasa. Gak paham lagi gue sama kegilaan lo itu. Kalau sampai Sas
tersebut, benar-benar terjadi. "Rash, kalau yang dikata lu beneran terjadi, dan gue tiba-tiba d
sekuensi yang harus diterima akibat ulah lo sendiri. Ayah, Bunda, bahkan gue sekalipun kagak bakalan bisa bant
*