Luka Terindah
biwara
pintar dan penuh keberan
a kedua dari pasangan Nathan Oliver dan Shana Abila yang lahir berjarak tujuh belas menit dengan Arash Abisatya Ol
tapi ta
yang dimilik Arash, ternyata juga tidak dimiliki oleh Aresh. Padahal, didikan kedua orang tuanya selalu sama, dan tidak perna
ak ada sama sekali? Yang jelas, baik Shana, maupun Nathan, sama-sama sering dibuat sakit kepala karena sikap dan tingka
hipertensi yang diderita Shana kembali kambuh hingga kepala bagian belakangnya te
alu menceritakan detail kejadian yang terjadi di antara Aresh dan Nerissa. Dimulai dari kejadian di ruangan Aresh, hingga Nerissa yang
buntu dalam berpikir, hingga memutuskan untuk meminta solusi dari kedua orang tuanya a
ketika melayang melewati sisi kanan wajah Aresh, membanting pada tembok di belakang sana, dan pecah terberai di atas lantai. Membuat satu goresan tipi
kamu?" tanya Nathan, dengan raut wa
esh mengangguk
lu! Ayah kecewa sama kamu!" ucap Nathan dengan
itu lepas kendali, jika Aresh mengeluarkan kalimat sanggahan sebagai pembelaan diri. Lagipula ... t
sh?! Apa?!" teriak Nathan, dan hal itu menjadi kali
arena terkejut dengan apa yang
iti putri kesayangan mereka sedemikian rupa, setelah kamu minta secara resmi untuk dijadikan istri. Apa kedua orang tua Nerissa akan rela putri kesayangan mereka diperlakukan seenaknya seperti itu sama kamu? Sekiranya kamu belum siap
ah," lirihnya sangat pelan,
idak akan pernah membenarkan kelakuan kamu yang sudah sangat keterlaluan dan memalukan
sesuka hati kalian. Tapi, jangan pernah menyakiti hati seorang wanita, dan jangan pernah bermain-
gusap wajahnya kasar. "Kamu sudah merusak mental seorang wanit
akuin sekarang? Kayanya ... sampai detik ini, Om Arion, Tante Al, dan Galen belum tahu permasalahan ini. Menginga
nyut nyeri. "Sayang, bisa minta tolong hu
enggulir daftar kontak yang tersimpan untuk mencari nama sang menantu. Setelah berhasil menemukannya, Shana pun menyentuh simbol telepon, lalu mene
amun sang ibu masih tetap diam tak bersuara. Rupanya, pria itu pun menant
entara Nathan menghela napas dalam, menatap kepad
teman-teman terdekat
Salma, Devan, Lutfi, bahkan Nayang
ak tahu lagi harus bagaimana saat ketemu orang tua Nerissa nanti. Ayah bener-bener malu karena sudah gagal
rtemen lagi?" Kini, gili
leng. "Terakhir dua jam yang l
lang ke apartemen kalian. Kita cari dia di apartemen lo. Kalau masih belum pulang, kita cari di sekitaran kantor atau tempat yang deket-
erissa yang nampak begitu sibuk mengeluarkan pakaian-pakaian dari dalam lemari, tiba-tiba jatuh terduduk di
un lambat laun mulai terdengar, makin keras dan lepas kend
embali bangkit dari posisinya dan berdiri m
n yang tersulit, adalah mengambil keputusan akhir. Terlalu menyakitkan, hingga s
pi semua ini sendirian," gumam wanita itu di sela isak tangisnya. "Tapi ... Sasa juga belum siap, Mama sama Papa tahu soal ini. Sasa gak mau, Ma
*