Luka Terindah
u melindunginya adalah impian Nerissa sejak dulu. Bermimpi hidup bahagia di bawah atap
inkan sang suami–yang tak lain adalah sahabat kecilnya. Berkaca dari pengalaman berumah tangga sang kakak ipar, jug
orang
asa menarik, berwibawa, luwes, dan lembut. Bahkan, yang sebelumnya tak tahu caranya menanak
melepaskan segala hobbynya di dunia kecantikan, hanya karena ingin menjadi orang pe
h. Sampai-sampai, hanya luka dan pengkhianatan saja yang Nerissa teri
diam saja rasanya sulit. Hingga akhirnya semua rasa itu berada di titik terendah, dimana hati mulai mati rasa, dan pikira
sibuk menghubungi seseorang–Nerissa pun akhirnya berhasil keluar dari sana melalui pintu darurat di arah timur gedung.
kawasan gedung perkantoran. Duduk sendirian di atas kursi taman, sembari menunggu panggilan terhubung dengan s
lan tersebut mulai tersambung. Sedan
di seberang sana secara to the point, saat mende
k itu malah balik mengajukan pertanyaan. "Papa lagi a
kamu, lagi tidur di kamar," jawabnya. "Nah, se
wajah, Nerissa menjawab, "Sasa gak kenapa-kenapa, kok, Pa. Cuma kang
kin ulah?" tebak sang ayah tanpa basa-basi, bahk
lagi, hingga tangan kiri wanita itu terkepal begitu erat, sementara tangan kanannya m
auh lebih kuat dari yang dia kira. Seolah, semua yang sedan
... tebakan Papa b
gan ngaco, deh!" s
emput kamu sekarang!" ujar pria paruh b
Sasa? Sasa gak kenapa-kenapa, kok. Beneran deh. Papa berlebihan,
erang telepon sana. "Jawab Papa! Kamu di mana
panjang untuk lebih meyakinkan alasannya terhadap sang ayah. "Pa, Sasa ti
ahu, ka
sambungan telepon tersebut, agar pria paruh baya itu tidak mendengar isak tangisny
an raut wajah berantakan, nampak bergerak gelisah dari satu sisi ke sisi lainnya. Menempelkan ponsel yang seda
ir semua akses komunikasi dengan Aresh–termasuk nomor kant
dari kontak panggilan yang tersimpan, menunggu beberapa saat, samp
ucapnya tanpa perl
gimana maksud lo? Jangan ngaco, deh!" protesnya, mengangg
ius, Rash. Sasa kabur
Lo apain adik ipar g
alam, kemudian menjawab, "Sasa mergokin gue lagi diraba-raba sama Xena di kantor, da
is lo, dan lo diem aja? Iy
sh mengangguk. "
sekali! Gak berulan
mulai raba-raba gue. Harusnya, gue tepis tangan dia dari tub
bermasalah sama cewek-cewek gak jelas di luaran sana. Ca
sah panjang. "Gue sala
Sasa?" tanya pria di
or, bahkan gue juga cari dia di gudang penyimpanan, di tempat parkir, di jalanan, di apart-pun, Sasa
um semua akses komunikasi lo, dia blok
ragu, Aresh pun menjawab dengan jujur, "Sasa ny
gan sampai salah langkah. Tunggu d
a Aresh sendiri, dalam keadaan terduduk di sofa ruangannya, mulai tertunduk lemas, sembari menggenggam ponsel di t
ku nyakitin perasaan kamu," gumamnya sa
*