Bukan Pernikahan Impian
h Ziya sudah mengigil kedinginan. Namun, tekatnya masih kuat. Wanita yang pakaiannya sudah penuh lumpur itu terus berusaha berjalan meskipun tertatih-tatih. Dia berjalan sambil menyeret kop
jebak di sini." Ziya bermonolog samb
dari tadi memberi sinyal minta diisi. Ziya memaksimalkan sisa tenaga yang dimilikinya untuk mencari tempat berte
sampai di depan gubuk. Dia mengetuk berkali-kali berharap ada penghuni ya
permisi apakah ada
kehidupan di dalam. Ziya pun berinisiatif mendorong pintu gubuk itu. Suara deritan pintu pun terdengar.
k beralaskan tikar usang yang tersedia di gubuk. Dia meluruskan kakinya
i cara agar dapat membersihkan diri. Ziya melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada orang. Setelah itu, Ziya membuka koperny
erlengkapan salat dan memasukannya kembali ke koper. Merasa dirinya sudah lebih baik, Ziya pun ingin melanjutkan perjalanan. Namun, sebelum melanju
ergi. Belum sempat Ziya menarik pintu, kakinya tersandung kopernya sendiri hingga tubuhnya terhuyung, lalu jatuh dengan lengan seb
eroboh sekali aku
emeja biru laut yang dipadukan dengan celana hitam itu pun kembali duduk dan berniat mengganti pakaiannya kembali. Namun, belum sempat dia mengganti pakaian suara derit pintu yang terbuka menghentika
ah tanpa mempedulikan keberadaan Ziya. Ziya merasa tidak nyaman dengan keberadaan laki-laki asing
laki itu seperti mengetahui isi pikiran Ziya.
yang terkilir semakin terasa sakit. Dia menjaga jarak d
akan mengganggumu." Laki-la
sini?" tanya Z
send
berta
inya?" Laki-laki yang akrab disapa Ez
jawab Ziya
kenapa masi
memas
awal untuk melanjutkan perjalaan, sedangkan Ezar baru tersadar ada yang aneh dengan cara jalan perempuan di dep
mau ke
tak menghiraukan pertan
gerimis." Eza
ah kanan Ziya terasa sakit sampa
mengganti sepatunya dengan sandal jepit digubuk ini, sesaat sebelum kehadiran Ezar. Ezar terus memerhat
kanannya bergerak. Ezar pun tergerak untuk membantu gadis di depannya. Dia melangkah mend
berkata dengan wajah
iknya." Ezar berusaha berbuat
n detik setelah mengatakan i
ndisi kaki Ziya. Laki-laki berjaket hitam itu berusaha menenangkan gadis itu. Dia juga tidak mengerti harus me
u semacamnya? Mungkin dengan
Ziya menjawab denga
aku a
menerima bantuan laki-laki yang baru bert
ukan pakaian. Setelah mendapatkan yang dicari, Ezar memberikan obat itu kepada Ziya. Di
n ampun karena telah memperlihatkan auratnya kepad pria yang bukan m
teriakannya karena rasa sakit yang tak tertahan. Ezar yang panik mende
Ezar bersiap berdiri. Dia juga melepaskan jaketnya karena merasa tidak
akitan. Dia tak bisa menahan lebih lama lagi. Wajahnya pucat. Ezar yang
lainnya. Mereka merasa heran mendengar teriakan di gubuk kosong karena penasaran keduanya mendekat, la
kangi pintu dengan tangan yang hampir menyentuh kaki Ziya membuat kedua warga seolah melihat keduanya sedang ingin melak