Dosen Duda Anak 1
itam legam menatap sang empu yang sudah menghalangi dirinya akan minum. Ketika tahu siapa oran
halie tanpa basa basi lagi. Menunjukan ketid
elihat intraksi kedua wanita muda i
lanya lagi, ia beranjak dan duduk di samping Gar yan
unda kok." Alva menenangkan dengan mem
ka muncul beberapa pertanyaan. Kenapa anak kecil ini begitu sayang Alva? Ke mana pula orang tua dar
lie bukan sekedar pertanyaan melainkan seb
kin dia anak aku?" Bantah
am itu bisa deket banget sama kamu dan panggil kamu juga '
yang membernarkan apa kata sahabatnya. Seketika hening seakan jawaba
alu tidak ada pembincaraan yang mengalir lagi. Pertanyaan itu ha
alie yang ada benarnya. Begitu pun Narthalie yang masih penasaran dengan pertan
ersadar ke dunia nyata. Narthalie segera menerima telpon yang terlihat tulisannya 'Mom'
singkat itu. "Va, aku duluan pulang ya, kamu di sini aja nunggu tuh
Kata Mom apa emang?"
dadah see you." Mengakhiri pembicaraan mereka, k
dirinya menumbruk seseorang yang membuat dahinya cenat-cenut saking kerasnya. Ia mendongkak dengan me
ia teringat dengan bocil itu yang sekarang bersama Alva. "
angan sering biarin anak kecil berkeliaran sendiri." Selanjutnya Nar
asar sok tahu, padahal mau dijelasin gak mau denger." Lalu ikut pergi k
nya lagi kan susah mau kasih tahu nih bocil sama aku.
eseorang, "Tapi sama aja aku gak tahu nomornya dan juga na
re lagi." Alva bingung. Ia sedang sibuk dengan membangunkan atau tidak
sini masih ada kami, tapi bentar lagi pulang kok kalau Bapak mau duduk di sini, silahkan," lanjut Alva be
ermintaannya. Ia berucap yang ingin sedari tadi diucapkan tetapi Alva memotongnya. Seakan ters
laki-laki yang tadi pagi Gar panggil Papa itu siapa? Maksudnya Bapak Gar ada dua? Atau mereka gay? Pikiran-
capan terima kasih dari Dosennya sendiri yang ternyata tidak singel itu.
kepada Alva. Begitupun Alva yang tidak begitu jelas mendengarkan karena fokusnya tida
nggengdong anak kecil semakin kecil dan hilang tidak terlihat la
pak dosen, Gabriel Franz. Pasti teman-temannya yang mendambakan Gabriel tid
abriel kalau tahu udah beristri
asan yang 'tak kunjung tahu jawabannya. "Ihh, kok aku jadi kepo sih? Udah ah mau pulang," Alva beranjak k
i. Mereka akan pulang karena sudah sore dan pekerjaan sudah selesai. Tapi saat me
mengunci pintu mobil agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Tidak membutuhkan waktu lama,
i di rumah membangunkan sang anak untuk mengisi perutnya. Lalu makan ber
ek email dari kantor dan butik yang baru di rilis tiga bulan lalu. Selesai semuanya, ia ikut berbabaring di ran