icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dosen Duda Anak 1

Bab 5 Garth Marah

Jumlah Kata:1583    |    Dirilis Pada: 08/08/2023

Memperhatikan punggung kecil yang asyik mencuci piring bekas mereka makan, dari ruang keluarga yang masih bisa me

tan yang tadi digunakan, Alva menghampiri kedua pria berbeda usia

ulang ada yang mau dikerja

Gar dengan suara mengemaskan. Kedua bola matanya menunjukkan puppy eyes yang b

jangan minta aneh-aneh lagi." Suara tegas 'nan dingin itu berku

piri Alva dan melingkarkan lengan berisi ke leher jenjang

dak tahu harus mengatakan apa. Adu mata itu terjadi, sepasang bola mata milik Alva ber

h lalu memusatkan perhatian ke Gar. "Aku mau ikut Bunda, Ayah suka sibuk sendiri aku su

elama tiga tahun bersama ini perdana Gar merasakan dibentak ole

ng kedua bahu Gar untuk mengatakan sesuatu, "Ayok kita tidur, Bun

iel dengan tatapan tidak percaya membentak anaknya sendiri. Gar menunjukan k

tidak cukup untuk mereka tidur bersama membuat mau 'tak mau Alva me

nyenyak. Alva tersenyum melihatnya, ia mengusap kepala Gar sayang dan memberikan kecupan pelan. Lama memandangi si kecil, Alva yang sem

sana. Ya sedari tadi ia memikirkan kenapa dengan raut mahasiswinya itu, dirinya terg

erus teralihkan dengan nama Alva dan Alva. Dirinya memutuskan beranjak dari kursi putar ruangan be

perlahan dengan menebak mereka sedang apa. Ia juga sudah menyiapkan jika Gar tidak tidur akan memarahinya. Saat di depan pintu bercat cokla

hembusan napas pelan seakan tidak mau mengganggu atau membangunkan mereka. Berjalan tanpa su

hat kepada Alva. Tetapi melihat Alva kembali terlelap membuat Gabriel kembali tenang. Ia

diluruskan agar bisa nyaman tapi sebelum melakukan niat baiknya itu, kedua mata Alva terbuka perla

nonoh kepada saya!" seru Alva sembari kedua tangannya yang memeluk tu

padamu," paparnya dengan jujur. "Saya hanya akan

kasur. Menuruni kasur dengan pelan agar Gar tetap tertidur tidak terusi

kan kamu ke ruma

sendiri dan pesan tak

gin menerima bantahan. Tapi Alva juga menolak dengan tegas dan keras kepala. "Saya bisa pulang sendiri dan jang

bil tas beserta belanjaan yang tersimpan di meja ruang tengah, i

el tanpa ditemani pulang. Menunggu kendaraan yang bisa m

n turun hujan lebat tidak berhenti, ternyata sekarang cerah sehingga matahari pun ikut hadi

ani kini tergantikan oleh bulan sabit yang menemani langit gelap. Perut Alva berbunyi sedari tadi tapi rasa ma

dan menyalakan untuk melihat jam berapa. Ternyata jam sepuluh lebih, pantas perut Alva meminta diisi ulang. T

menutupi seluruh tubuhnya. Cuaca yang mendungkung, hujan dan petir menemani malam Alva. Sepertinya lang

a tidur gak bakal demo lagi kok." ujarnya menyemanggati

a alarm berbunyi menggema di ruangan yang tidak luas itu, "Ganggu," desis Alva kesal. Mengambil jam k

dan berlari ke kamar mandi yang tidak sampai sepuluh meter it

ih dengan celana panjang bergaris di sisi kanan kiri sepasang kaki. Membawa

ngkahkan kakinya ke luar dan menunggu taksi yang dengan banya

kan keadaannya sekarang, bahkan rambutnya sedikit berantakan dan wajah yang terlihat pucat

terburu dan lupa tidak teringat dengan cacing yang demo. Al

arahnya, tubuh ramping lemas tadi seakan melupakannya. Kedua mata

tangkan kedua lengan berisi untuk digendong, sekarang berbicara dengan suara yang masih manja lalu

n pertama sampai detik ini Alva sering terkekeh dan ter

baik-baik saja. Sebenarnya kepala Alva sudah pusing dari jam masuk tetapi Al

us bersih begitu pun nilainya. Dirinya memang tidak pintar tapi Alv

va yang berdiri menjulang untuk bisa sejajar dengan tubuh kecil miliknya. Tangan kanan berisi

Gar memerintahkan Alva diam tidak bergerak. Kemudian tidak menunggu respons

perasaan penasaran. Dan ia baru menyadari apa yang membuat Gar begitu terburu-buru dan menyuruhnya menunggu dengan suara menggemaska

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka