Dosen Duda Anak 1
Memperhatikan punggung kecil yang asyik mencuci piring bekas mereka makan, dari ruang keluarga yang masih bisa me
tan yang tadi digunakan, Alva menghampiri kedua pria berbeda usia
ulang ada yang mau dikerja
Gar dengan suara mengemaskan. Kedua bola matanya menunjukkan puppy eyes yang b
jangan minta aneh-aneh lagi." Suara tegas 'nan dingin itu berku
piri Alva dan melingkarkan lengan berisi ke leher jenjang
dak tahu harus mengatakan apa. Adu mata itu terjadi, sepasang bola mata milik Alva ber
h lalu memusatkan perhatian ke Gar. "Aku mau ikut Bunda, Ayah suka sibuk sendiri aku su
elama tiga tahun bersama ini perdana Gar merasakan dibentak ole
ng kedua bahu Gar untuk mengatakan sesuatu, "Ayok kita tidur, Bun
iel dengan tatapan tidak percaya membentak anaknya sendiri. Gar menunjukan k
tidak cukup untuk mereka tidur bersama membuat mau 'tak mau Alva me
nyenyak. Alva tersenyum melihatnya, ia mengusap kepala Gar sayang dan memberikan kecupan pelan. Lama memandangi si kecil, Alva yang sem
sana. Ya sedari tadi ia memikirkan kenapa dengan raut mahasiswinya itu, dirinya terg
erus teralihkan dengan nama Alva dan Alva. Dirinya memutuskan beranjak dari kursi putar ruangan be
perlahan dengan menebak mereka sedang apa. Ia juga sudah menyiapkan jika Gar tidak tidur akan memarahinya. Saat di depan pintu bercat cokla
hembusan napas pelan seakan tidak mau mengganggu atau membangunkan mereka. Berjalan tanpa su
hat kepada Alva. Tetapi melihat Alva kembali terlelap membuat Gabriel kembali tenang. Ia
diluruskan agar bisa nyaman tapi sebelum melakukan niat baiknya itu, kedua mata Alva terbuka perla
nonoh kepada saya!" seru Alva sembari kedua tangannya yang memeluk tu
padamu," paparnya dengan jujur. "Saya hanya akan
kasur. Menuruni kasur dengan pelan agar Gar tetap tertidur tidak terusi
kan kamu ke ruma
sendiri dan pesan tak
gin menerima bantahan. Tapi Alva juga menolak dengan tegas dan keras kepala. "Saya bisa pulang sendiri dan jang
bil tas beserta belanjaan yang tersimpan di meja ruang tengah, i
el tanpa ditemani pulang. Menunggu kendaraan yang bisa m
n turun hujan lebat tidak berhenti, ternyata sekarang cerah sehingga matahari pun ikut hadi
ani kini tergantikan oleh bulan sabit yang menemani langit gelap. Perut Alva berbunyi sedari tadi tapi rasa ma
dan menyalakan untuk melihat jam berapa. Ternyata jam sepuluh lebih, pantas perut Alva meminta diisi ulang. T
menutupi seluruh tubuhnya. Cuaca yang mendungkung, hujan dan petir menemani malam Alva. Sepertinya lang
a tidur gak bakal demo lagi kok." ujarnya menyemanggati
a alarm berbunyi menggema di ruangan yang tidak luas itu, "Ganggu," desis Alva kesal. Mengambil jam k
dan berlari ke kamar mandi yang tidak sampai sepuluh meter it
ih dengan celana panjang bergaris di sisi kanan kiri sepasang kaki. Membawa
ngkahkan kakinya ke luar dan menunggu taksi yang dengan banya
kan keadaannya sekarang, bahkan rambutnya sedikit berantakan dan wajah yang terlihat pucat
terburu dan lupa tidak teringat dengan cacing yang demo. Al
arahnya, tubuh ramping lemas tadi seakan melupakannya. Kedua mata
tangkan kedua lengan berisi untuk digendong, sekarang berbicara dengan suara yang masih manja lalu
n pertama sampai detik ini Alva sering terkekeh dan ter
baik-baik saja. Sebenarnya kepala Alva sudah pusing dari jam masuk tetapi Al
us bersih begitu pun nilainya. Dirinya memang tidak pintar tapi Alv
va yang berdiri menjulang untuk bisa sejajar dengan tubuh kecil miliknya. Tangan kanan berisi
Gar memerintahkan Alva diam tidak bergerak. Kemudian tidak menunggu respons
perasaan penasaran. Dan ia baru menyadari apa yang membuat Gar begitu terburu-buru dan menyuruhnya menunggu dengan suara menggemaska