Guruku Suamiku
ngin di sekujur tubuhnya. Seakan ada sebuah alunan terpaa
using benar, aku hanya mengingat semua berputar di trotoar. Lalu s
gatan kembali. Sebuah ingatan sore yang
nan, terang saja ia kedinginan. Sebab ia tak lagi berbusana,
ga emas. Masih terbuka dengan korden warna bi
k pusing. Sedikit ia mengatur nafas agak pan
aga ke mana baju seragamku. Apa aku sudah ternoda?" Asmara terus meracau sambil meraih selimut
uang kamar dimanah ia berada kini. Serasa begitu asi
kiran yang melayang. Membayangkan yang bu
Guru baru Arjuna itu yang melakukannya? Lalu ini kamar siapa begitu m
nyum sungging kecil nan manis. Betapa ia baru menyadari ketika rambutnya
udah jelas. Kalau tidak dilaksanakan Pak Banu bisa saja dipenjara dan aku tak dapat sep
dekat ke arah pintu kamar. Membukanya perlahan agar
Pak Arjuna tadi. Apa Ayah sengaja menjualku atau aku hendak dijadikan jaminan hutang. Bukankah Ayah sering mengatakan kepada
ra mendadak. Kalau dia harus menikah dengan Mas Arjuna. Seperti yang tertera dalam surat wasiat amplop biru yang ditu
k Asmara berkata, benar sekali aku dijadikan jaminan hutang oleh Ayahku. Kenapa Ay
dari Pak Darmawan per tanggal satu Januari harus dilaksanakan. Karena ini juga mengenai jabatan saya Pak Danu sebagai Kepala Kepolisian. Kalau perintah itu tidak saya laksanakan. Say
masih perlu mengenyam bangku sekolah. Kalau nanti ia hamil terus perutnya semakin besar bagaimana. Apa tidak jadi bahan olok-olokan
annya semakin gemetar dan yang ia tangkap sebenarn
Arjuna. Sebab Sang Ayah telah membuat tubuhnya sebagai jam
Ayah telah menjualku Ibu. Kenapa nasibku harus malang seperti ini," gerutu Asmara meratap
ang mereka bicarakan. Asmara mencoba kuatk
a waktu untuk meyakinkan calon Nyonya kami. Masalah sekolah semua biar saya yang mengaturnya. Kalian tidak usah kha
dekati Asmara dan membuatnya jatuh cinta padaku. Sehingga ia mau menikah denganku secepatnya. Baiklah terima kasih atas
mpai ada seorang wanita paruh baya hendak
onya kembali berbaring di ranjang. Jangan terlalu dipikirkan perkataan para lelaki itu. Mereka hanya memikirkan harta, pangkat dan dunia saj
ah di dalam kamar. Menyelimuti kembali tubuh Asmara dan me
ikit ucapan Asmara yang m
irahat. Besok biar Tuan Muda Arjuna sendiri yang menjelaskan semua pada Nyonya," ucap Bu Surti menemani Asmara tidur berbaring d