Pesona Liar Sang Pelakor
sapa mertua yang telah tiba di ruang perawatanku.
arapan dan mimpi kami. Cucu perempuan
jadi nenek." Ibuku langsung m
li ini merasa sempurna. Melur memang menantu yang b
berubah menjadi kesedihan sebentar lagi
ita, boleh enggak, ya?
u. Nanti pukul
ar mau lihat, temani ka
idak boleh semb
dari luar, ayolah
a ke ruang bayi, setelah Mas Gil
bahagia dengan kelahiran putriku," k
dekati ranjang, lalu duduk di
gi akan ada prahara bes
ksu
anakku. Bisa saja orang tuamu akan me
a maksudmu?" Dia mencoba menggengam tang
dibohongi. Aku mencium sesuatu ya
kau berprasang
hat saja
*
nya sendiri. Sebenarnya aku sudah mulai bosan dengan keberadaan mereka. Karena hal itu membuatku tidak bebas bersikap k
dia malah semakin bertingkah kulihat. Sekarang tokonya lebih sering ditiggal-tinggal. Dengan alasan menjumpai pelanggan, memantau toko c
na dan kenapa. Hari ini aku putu
ik, mau ke mana, Mel
mar Chika putriku. Matanya
urusan penting," sahut
eh ke luar rumah. Pamali!" protesny
nting sudah sehat." Kuraih kunci mobil dan tas sanda
u nyetir
a,
enggak bareng Gilang, sih? Ke m
ulang tadi malam," s
k yang di cabang, Mel. Kamu
bilang apa-
khawatir, kalau kam
a pintu mobil, lalu m
sanin sih, sama Bik Ina. Tapi, tol
ani yang mencarikannya. Sengaja kusuruh cari yang sudah
as, lalu kembali masuk kedalam
alam tas sandang dengan tangan kiri. Rani rupanya. Sahabatku yang telah kukontak
atan mobil men
i di depan rumahnya. Gadis
elur sudah data
segala. Bakal rame,
itu berjalan menuju mobil. Ked
uh perempuan baru melahirk
Tadi kemari bisa." K
orang, sini
asuk ke jok depan.
suamiku kemarin sore?" tan
panjangnya. "Nih! Lihat sendiri!" katany
a jualan pupuk di hotel, coba?"
ali aja dia memang nemui pel
hotel lho, ini!" ke
Kamu sabar, dong. Jadi nyesel gue ngasih tahu elu,
, aku sabar
au membantumu mencari dia sekarang. Tapi, kalau kamu emosi kek gin
t, aku enggak akan emos
gapain di hotel itu. Toh dia juga sendiri. Ka
dia kemarin tidur di hotel itu, pasti se
tir. Kamu ikut aja, pokonya
ki halaman Hotel yang kami tuju. Seoran
ar di kira kita masuk ke d
mu jadi cerewet gitu, sih!" sahut
parkiran ini, periksa mobil su
? Kita ke sini nyari orangnya, bukan n
pasca melahirkan! Kalau mobilnya ada berarti orang
t mencari. Kami bertiga akhirnya berpencar. Pelataran parkir hotel itu sangat luas, juga padat kendaraan yang terparkir. Mungkin karena hari libur, banya
kembali saja ke mobil. Sepertinya karena selama sebulan ini s
g kekasih berjalan sambil berpelukan keluar dari pintu hotel m
arkir. Mereka berjalan kian mendekat. Aku terpaksa mundur kebelakang. Ak
akang. Ya Allah, berarti dia betul-betul nginap di hotel ini. Ngapain, coba? Bukankah kalau pulang ke rumah juga cuma berjara
kini mereka berada persis di d
adi kap
irip suara Harum. Kalau itu benar Harum, berarti yang laki-laki itu siapa? Mas Gilang? Mereka masih bertemu? K
han Melur, masa Mas harus menjatuhkan ta
mereka sedang membicarakan aku rupanya? Mas Gilang mau mentalak aku, tapi menunggu selapan. Laki-laki bereng
u. Mas Gilang selalu ke kamarku dengan alasan masih sibuk di toko. Kita bisa kelonan sampai tengah m
am kelonan? Alasan Mas Sigit di toko atau
nyingkirkan Melur secara cantik. Udah, ya, Mas antar ke terminal! Kamu langs
uan itu merebahkan tu
siang sampai ini sudah mau siang lagi," Mas Sigit memegang dagu perempun
n, tepat saat keduanya sali
k!" ucapku denga
saling melepaskan peluk
o, buka!" perintahku mas
Gilang me