Teman tapi Khilaf
ca mengembuskan
uk interview di sebuah perusahaan, Gisca baru mend
le karena Gisca hanya perl
-nya cukup jauh. Dengan menaiki transportasi umum, Gisca bah
ja agar besok tidak mengulang perjalanan yang mele
napan yang mahal. Namun, sempat menyandang status pengangguran selama beberapa bulan m
is
g halaman dengan Gisca, tapi sudah lama ia pindah ke kota ini u
kan merantau karena wanita itu baru akan menyewa tempa
sebuah kafe pun menoleh. Ia
gak bisa ditunda," ucap Sela sambil menarik kursi di hadapan Gisca. "S
aku yang seharusnya minta maa
ngaja langsung ke inti pembicaraan. Ia tidak
t bimbang haruskah aku pulang
kamu nginep di te
tian diterima, aku bakalan nyari tempat tinggal sendiri. Kalau nggak diterima, ya aku pulang la
a semoga aja kam
m. "Makasih ba
. "Detail alamatnya barusan aku udah kirimkan via chat. Seperti yang tadi aku bilang, a
ggak tahu gimana nasibku ka
banyak kerjaan. Aku pasti m
galkan. Justru aku berterima kasih banget kamu udah meluangkan waktu buat
i klien-ku. Enggak enak kalau bikin mereka nunggu. Pokoknya anggap aja
ilangan barang berhar
t, mana mungkin aku mengizinkan
i berbicara, "Stop bilang makasih lagi! Kamu
i-hati, ya. Semoga
ng agak malam. Oh ya, jangan sungkan juga kalau
minum dulu gih." Sebelum Sela datang, Gisca mem
ya dengan buru-buru. Setelah itu, ia
alui aplikasi andalannya. Sambil menunggu, ia kembali menyesap
*
menuju kamar Sela untuk mengganti pakaiannya. Walau bagaimanapun,
tubuh Sela hampir sama sehingga baju
rusan makan, nanti saja. Apalagi Gisca merasa belum lapar k
Gisca pun kini sudah berbaring
karena Gisca sudah melewati hari yang melelahkan sehingg
idur, saking nyenyaknya mung
tangan kekar yang mem
a terkejut. Tunggu ... apa ini hanyalah mimpi? Te
an, sentuhan dan pelukan yang d
ntens, dan pelan-pelan mengarah ke
. Ia sontak membuka matanya saat sentuhan lid
i bukan
kan main saat seorang pria dengan tanpa pa
tanya Gisca antar