MY GHOST WRITERS
imalnya, di masa bulan madu begitu indah. Hari-hari pertama menjalani rumah tangga selalu hidup dan berwarna. Tapi, tidak untuk pasangan yang baru mengadakan pesta besar-besaran di jantung kota rad
rtama setelah menikah dia sudah ke
Nggak bulan madu, Nai?" tanya Rahmayuni
nyalami Bu Rahma samb
kemarin. Karena pengantin perempuannya mahasiswi s
lagi akan banyak orang menanyakan soal
. Dia merasa ambigu dengan jawaban yang baru dia lo
sar itu?" Bu Rahma berjalan beriringa
aina berusaha s
lami Naina dengan penuh semangat. Wajah mereka berbinar. Sem
hidup Naina saat ini. Dia berusaha tenang dan santai, bahkan kadang terasa geli saat kawan-kawannya meng
uliahnya saat melihat Naina duduk di bawah pohon sambi
suka bakso goreng?" jawab Naina sambil men
ang kaya?" Sari menempel punggungn
suka kamu ngomong gitu!" N
n?" Sari menoleh ke ka
dulu, tidak ada bedanya," Nain
an Lian. Dan aku juga tidak menjadi perempuan se
tahu. Kalau malam pertama mereka saja di lalui dengan keadaan tegang dan ,menakutkan. Bahkan,
ma sekali tidak berani menoleh kearah suaminya. Di saat tengah malam, Naina tah
yani, dipenuhi nafakah biologisnya. Tapi, dari sikap Lian yang dingin dia sangat ketakutan. Pagi itu, saat melihat Lian bersiap-siap ke kantor Naina juga mi
kemana?" tanya
dan Lian sali
imbingan dia. Lian juga banyak
enatap putranya yang keras kepala itu. " Lagian Naina masih
aja, Bu," s
ma seperti Lian!" Yuni mendekati menantunya
na sekilas melih
ulu! Udah telat," L
Ibunya membiar Lian mencium pun
as, " iya, Ma. Lian antar
na. Apalagi Lian tiba-tiba bilang mau mengantar. Sekejap Naina berlari ke kamar tamu tempat ibu da
l. Setelah mendengar klakson bertubi-tubi di halaman
lelet," ucap Lian tanpa
aina hanya mematung dengan keringat dingin di tempat duduk. Dengan ragu-ragu, saat tiba di kampus, Naina meraih tangan Lian
enjadi istri yang baik," ucap Naina sendirian se
*
erapa hari ya!" ujar Yuni sam
ya Lian sambil me
Yuni bersuara dengan mata berbinar-binar. "Ya, kan, Pa?" S
erang ke Pulau Weh juga," Faisal ikut ter
," sahut Lian sambil mengedar pandangan Ke Naina. " N
Naina menguatkan
nggak bisa libur?" Yuni menatap
ulau Sabang dan Pulau Weh untuk kita. Jad
gkan Lian menghembus napas
eal ya sayang?" tanya
wab Naina kura
ewi juga ikut ya!" tambah
uga?" sahut D
r diving juga," Yuni menunjukkan kegembiraann
*
stri bahkan sekadar memandang saja tidak boleh. Lian sama sekali tidak menunjukkan sikap lembut kepadanya. Naina tahu, dia memang tidak menarik untuk suaminya itu. Dia juga terkejut
s dengan bantal-bantal. Tengah malam Lian memilih tidur di sofa. Lian sering meninggalkannya
. TIdak ada siapa-siapa di sana selain omb
h yang tiba-tiba memeluk
bu. Ingin dia sampaikan semua yang sedang dirasakannya. Tapi, memilih diam seorang
keliling. Mertuamu lagi istirahat," sahu
yang serba kecukupan. Tiba-tiba kita terdampar ke rumah kontrakan dengan masalah hidup yang jungkir bal
sib mereka yang diombang-ambing oleh nasib. Dan kini, seben
ceh? Nggak usah pulang lagi ke sana?" tawar Naina. Dia teringat kalau
ingat kelakuan laki-laki yang dulu hanya sopir suaminya, Yus
Bagaimana kalau ayah nekat menjual mereka? Lebi
ama-lama di rumah mertu
ikan rumah untuk
u tetap sekolah seperti dulu," Fatimah
u," sahut Naina sambil m
sal di homestay. Faisal tiba-tiba mengetuk pintu kamar Fatimah. Pere
a sebentar di bela
h," sahut
nak untuk santai. Tanpa saling memandnag Faisal dan Fati
ian selama ini?"
i akibat ulah temanmu itu,"
Ap
sekarang tidak p
pandangan penyesa