Pengasuh untuk Pengeran Lumpuh
ehan menghalangi langkah
an Nara. Hatinya menjadi gelisah, karena sudah meninggalkan Nara di tengah jalan seorang diri. Sebenarnya, Rehan ta
ah katanya," ucap
etika berubah panik. Memikirkan Nara
dia ingin menenangkan diri untuk s
jahnya kesal. "Ra
, kalau lo memang cinta sama dia, buktikan. Takdir memang nggak
guk pelan. "M
h, kalau lo pacar Nara. Berati, secara ng
*
masih terlukiskan. Saat ini, aku tengah dudu
otak tas belanjaan ke arahku. Keinginanku bertanya lebih jauh
dengan perasaan yang terasa aneh ini. Antara sedih juga takut, sedih mengetahui aku aka
i keinginan. Walaupun aku nggak tau siapa Tio. Aku akan tetap berusaha menjadi terbaik buat dia. Maaf, Rehan. B
n Ibu dan Bapak yang tengah
adarkan mereka dari perbincangan. Aku sudah si
enatap ke arahku. Sejenak mereka memperhat
tersenyum lebar mel
nget sayang!" Puji Ib
ang cantik sejak dulu. Ibu sa
r penuturanku, yang me
ka bilang. Di bandingkan dengan gadis lain, aku bukanlah apa-apa. Jadi ... aku tak mer
Hingga, hari itu terjadi. Hari di mana Bapak berlaku kejam dan semena-mena padaku. Aku merasa takut
, ayo ber
ja. "Pak, ini
um lebar. "Mo
habis karena bayar hutang? Lalu - di mana Bapak mendapatkan ini semua
nya uang kita sudah habis cuma hutang Bapak. Mobil sebelumnya,
suai kesepakatan. Apapun permintaan Bapak akan terwujud, jika kamu setuj
ohan, ternyata ... Bapak juga menjualku. Takdir apa ini? Kena
ucapku dengan intona
noleh ke arah Ibu. "Ibu bilang, aku cuma dijodohkan. Sek
i keluar dari bibirnya. "Bukan itu
berusaha menahan tangisan. "Kenapa Bapak sama Ibu laku
ak menatapku tajam. Seakan-seakan aku tidak ada artinya di kel
asuk ke dalam mobil. Bapak ikut
ti-hentinya ke luar dari pelupuk mata. Kenapa aku secengeng ini sih?! Kenapa aku masih berharap pada takdir? Harusnya ak
ajah sedih. Sejenak, aku merasa bersalah sudah meninggikan suara tadi. Uh, ternyata
alau kamu tidak dijodohkan. Lebih tepatny
lian yang tak ada habisnya. Sampai kapan kalian memperlakukanku seperti ini? Kalian sudah memisahkanku dengan Rehan.
itukah ak
*
esar dan mewah. Rasa sedih yang awalnya memasuki jiwa, hilang
umahnya," ucap Bapak
ndang rumah mewah yang
h?' Itu pikiran yang t
ku lembut. "Nara,
hong kalau aku bilang tidak apa-apa, perasaan sebelumnya masih terasa sakit menu
k apa-apa,"
eraksi dengan satpam yang tengah berjalan di depan. Satpam
t. Dengan ekspresi wajah dibuat baik-baik saja. Kan aneh, kalau aku b
masuk saja. Bapak mengangguk ramah. Kalau saja a
ya, Bapak tak sebaik itu. Dia hanya membuat Ibu kesulitan, sampai toko Ibu berakhir terjual hanya untuk melu
sambu