Pengasuh untuk Pengeran Lumpuh
" tanya Rehan yan
a Rehan saja membuat hatiku tak rela berpisah dengannya. Yang bisa ku
" rengek
kenapa?" tany
ehan terkekeh. Kalau saja, aku ada dihadapannya saat
in banget. Mak
e
s. Padahal aku jelas berbeda dengannya, dari derajat keluarg
asa. Maaf, aku benar-benar minta maaf. Seharusnya, aku lebih tegas menentang perjodohan ini. Tapi ... tetap saja aku kalah mela
u loh." Aku menjawab ucapan
amu, Ra. Sampai kapan pun,
e
Aku tak sanggup lagi, ini bena
ak bahagia di kat
n, itu benar Rehan. Aku akan rela, karena Rehan adalah so
*
angku." Rehan mengusap
i masukkan ke mulut berujung tak jadi. K
makan?" ta
gak sayang. Kamu saj
ar kamu sakit, aku
epot? Kamu bukan pe
api aku repotnya mengkhawatirkan kamu
ku suka. Kalau kamu begitu sama a
dasar! Sudah jelas lah aku
*
rah muda di tangannya. Itu adalah helm pemberian Rehan, tapi lebih sering cowok itu membawa
but, nanti kalau sudah sampai ruma
posisi tangannya jadi sikap
ini hanya sebentar, aku bahagia mengen
an, aku masuk ke dala
ra yang ku lihat, sepertinya beliau sedang tak baik-baik saja. Apa
ng sama Re
k membenarkan
hi d
Aku cuma cintanya sama Rehan! Bapak ngg
mendengarku yang memberontak. "Kamu itu belu
gia dengan cinta
r, pasti tau maksud saya ini, bukan?" Bapak menatap mataku tajam, seolah penolakanku barusan tak ada artinya sama sekali. "Kamu harus cep
erasa bahagia bersama Rehan, tapi
?" tangisku pecah di depan Bapak. Aku tak peduli
pun Bapak tau Rehan juga punya keluarga mampu seperti Pak
uh lelah, juga hati yang terluka, aku menjatuhkan t
Ibu. Dia duduk sisi kas
e
nghapus air mata de
i Ibu nggak bisa berbuat apa-apa. Memang, cinta kamu sekarang nggak terwujud.
osisi menjadi
suami kamu." Ibu me
a aku merasa penasaran dengan cowok yang akan menj
itu sopan dan baik. Walaupun
e
membuatku kaget. Bagaimana bisa, aku menikah dengan
gnya, berbagai perawatan. Tio nggak mau mencoba melatih kakinya untuk berdiri." Ibu menghentikan penjelasan
apalagi menerima nasib seperti ini. Apa aku setuju saja d
mau. Nara mau n
yang terdengar tiba-tiba. "Kamu
dir. Mungkin saja, pilihan Bapak kali ini nggak salah. Aku akan mencoba men
afkan Ibu. Maafkan Ibu sudah me
Bapak yang sudah berhutang sama mereka. Harusnya, sejak awal Bapak nggak begini. Aku juj
berbakti seperti kamu, Nara. Ibu bangga. Semoga Tuha
*
pat la
balik jendela besar yang tertutup rapat. Pandangan matanya terlihat sedih, namun wajah tetap mempertahank
a itu berbicara dengan posisi tetap seperti sebelum
ng gadis dari kampung. Menurut info, gadis itu masih SMA, kelas
sambu