Dia Yang Kupinta
arusan. Betapa kagetnya ia mendengar pernyataan laki-laki paruh baya
rgi. Saya mencari kalian. Sampai sekarang saya sudah punya anak pun saya m
us ia terima? Matanya sudah berkaca-kaca, dadanya terasa sesak untuk sekian kali
rtanya, ia tak benar-benar membutuhkan jawab
ung saya." Irwan me
lu mengucapkan kalau pembicaraan tadi hanya sebuah candaan. Tapi tidak, se
r mata yang kini meluncur hangat di pipinya. "Dan sekarang saat saya sudah bahagia mendapat keluarga baru, papa yang baik, kakak-kakak yang perhatian, anda datang untuk menghancurkan semuanya. Secara tidak
ahu kamu siapa sebenarnya saya. Saya rindu anak say
nak Anda?" tanya Vanita se
DNA hari ini!"
Saya harus pulang, Pak, maaf," Vanita bangkit dari duduknya seraya melangkah pergi menja
a tak mengambil tindakan untuk berbincang dengan laki-laki tersebut? Bukankah lebih baik ia tak mengetahui sesuatu yang membuatnya terluka? Dan bukankah lebih baik
angsung pulang, ia tak ingin kembali ke rumah dengan keadaan perasaan yang masih kacau
engaja menyembunyikan statusnya dalam keluarga. Pada kakak-kakaknya pula yang terlalu baik, membiarkannya tak mengetahui apapun, menutupi semuanya. At
ita benar-benar tidak mengerti semua itu. Kata-kata Irwan selalu saja berputar di kepala
er kota. Sekarang udah jam delapan, Neng." Sopir taxi
a turun di sini aja,"