Suami Wasiat Kakek
endapati seorang pria yang sangat i
jantungan!" peki
e sini?" tanya
batnya itu duduk, ia masih sibuk memilih men
," tunjuk seorang pelayan yang
gun tidur tanpa cuci muka sudah pergi k
ama sekali tidak fokus pada jajaran menu yang ada di buku itu. Matanya masih men
ngan tangan melambai-lamba
.." putus Katarina
efaldy menunjuk dua men
h sarapan sebelum ke sini! Matcha latte sa
p sudut tubuh Katarina, matanya menatap lekat wa
a?" Refaldy bertanya denga
ih, itu suamiku." Katarina menunjuk k
cukup terkenal di Kota Malang. Refaldy mem
limat tanya mengga
avier, kamu kenal?" Katarina masih menc
ke majalah dan koran sore, siapa yang gak kenal Rafk
gga. Dua laki-laki yang sempat duduk di seberang itu mulai beranjak perg
yak sudah menemani mengobrol," pamit Ka
natap ke sekeliling restoran. Mobil Rafka yang tadi sempat terpa
ngan jejak!" pek
ta itu menoleh dengan cepat. Tangan kekar laki-laki itu membekap mulu
, sebuah mobil hitam yang tidak mampu ia ingat plat nomornya. K
*
ungkap Pramana denga
k salah tangkap kan?" tany
n!" Pramana tertawa keras d
ng tidak asing di telinganya, kedua matanya membelalak saat m
ng lirih tidak didengar oleh tiga
di pergelangan tangannya. Tali yang terlalu erat mengikat ke dua tangannya
riak Katar
a dengan langkah pelan dan sangat sombong. Saat mendapati Katarina yang dudu
i, Ta-tapi kamu tidak pernah datang, bukan? Jadi, daripada aku capek memanggilmu untuk menemui a
ngis. Bibirnya kelu untuk menjawab ucapan Pramana. Ia benar-benar merutuki a
enyekapku?" tanya Ka
aan Katarina, ia memberi isyarat pada d
banyak sekali isu pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum dan mertua. Ia mera
nya?" tanya Katarina d
esulitan untuk kabur, kakinya yang
as dari ikatan ini, hahaha," Pra
emua ini apa sebenarnya?" tany
ngis hari ini. Laki-laki paruh baya itu mendekatkan wajahnya pada Ka
berteriak ketakutan. Ia hanya bisa diam dan pasrah
mau nurut sama saya?" ta
ayah?" dengan terba
kamu akan bebas hidup bersama Rafka. Bagaimana?" tangan lel
atur sama sekali. Rasa takut yang membuncah ke seluruh
emberikan padamu, Ayah! Bagaimana pun keadaan aku nantinya, a
ai melepaskan dagu Katar
npa disadari ia kembali berjalan men
l
ras pipi kanan Katarina hingga memar. Tidak ada ampun baginya saat itu, emosin
ikan harta itu padaku. Kamu akan hidup
u sampai sekarat, harta itu bukan hakmu
!" teriak
am melindungi harta warisan itu!"
n tamparan pada Katarina lagi. Terhenti saat seor
iak laki-laki i