Harakat Cinta
uat kasar terhadapku?" ucap pe
masih dingin terdengar sua
kemauanku. Aku juga tidak bosan menamparmu karena selalu saja minta
h, Bu?" teriak Jingga dengan n
erlalu meninggalkan rumah. Sebelum keluar dia berkata, "Jangan pergi sebelum cucian
u. Aku ada kelas jam 11 nanti untuk kuliah. Aku juga harus kerja cari uang,
rdengar sangat keras dan bisa dip
a kali ini hanya diam dan tidak lagi membantah ibunya. Lelah yang dia rasakan karena selalu berdebat dengan ibunya. Pada akh
i keluar yang entah kemana tujuannya. Jingga tidak
kala Jingga masih duduk di bangku sekolah dasar, ibunya memarahinya dihadapan teman-temannya dan para wali murid. Persoalannya sebenarnya tidak terlalu rumit. Waktu itu, Jingga menumpahkan minuman yang baru saja dibeli
am memperlakukan anaknya. Orang lain yang melih
uci. Jingga berniat segera m
untuk membelinya. Sebenarnya Aku males. Hidup seperti ini
a dompetnya. Dengan wajah memelas dia berkata, "Uangku di dompet akan segera habis. Masih banyak ke
ga berada di pinggir jalan raya yang lalu lintasnya ramai sekali. Jingga berhenti di pinggir jalan dan menoleh ke kanan serta ke kiri untuk melihat kendaraan yang lalu lalang. Setelah
embawa uang. Dia tadi membuka dompet tetapi malah menutupnya kembali sebelum dia mengambil uang. Dari arah kanan Jingga, melajulah pengendara mo
a-tiba balik kanan gitu. Bahaya untukmu dan pengguna jalan l
ggan berbicara. Membuka mulut untuk sekedar menguap saja tidak dil
a itu menghardik Jingga di tengah jalan karena kesal. "Kelakuan Kami baru
alu dari hadapan pria tersebut. Pria bermotor yang masih merasa kesal melajukan kembali kendaraannya. "
ah jin? Mbak Jinni dong. Hahahahah," gumamnya. "Ah kok aku tiba-tiba melamunkan dirinya," ucap pria itu. "Aku merasa
*
umah
habis. Suara hiruk piku terdengar sangat keras di rumahnya. "Ada apa ini? Ber
ebelum sampai rumah, seorang wanita paruh baya berkata, "Sukma!
g-orang yang mengerumuni ibunya. Penampilannya pantas jika disebut preman. Seorang wanita paruh baya yang dipanggil mami oleh ibunya Jingga berpenampilan sangat
a dari balik dinding. Jingga terus menga
ng denganmu. Apakah belum lunas? Hutangku sud
perkataan ibunya. Pen
a hutang?
rkataan kasar dan tidak layak diucapkan. Jingga merasa ngeri
n para preman tersebut," ucap Jingga sambil menengadahkan
rbicara keras. Isi pembic
ya. Pikirannya menghubungkan ket
ah orang yang merawatku sejak bayi. Ibu yang m
gkahkan kakinya untuk menuju ke rumah. Lebih
pa?" tanya Jingga dengan su
gan licik. Terutama mami yang memandang Ji