SUAMIKU BULE BRONDONG
dalam kamar serta sedikit bicara. Menghabiskan
. Rasanya aku ingin bercerita kepada ibu tentang petaka yang menimpaku sert
u kembali m
beranikan diri menatap ibu untuk melihat reaksinya. Ibu membalas t
atapan ibu, tersirat rasa yang tak puas a
dut mata. Menghambur pada pelukan ibu. Punggungku diusap lembut. Tempat ternyaman bagiku adalah pelukan ibu, aroma tubuhnya yang terekam diotakk
Dadaku kembali nyeri, tangis tak bisa lagi dibendung. Aku seolah gelap mata, menganggap semua oran
lan. Selain nama baikku tercemar, aku bisa saja dituntut balik atas pencemaran nama baik. Tapi bagaimana jika hal ini
*
erja. Namun saat matahari tinggi dan udara panas berhembus, usahaku masih saja nihil. Sejak pagi hingga sekarang
melihat laki-laki yang melecehkanku tengah berjalan dengan melingkarkan tangannya pada pinggang seor
ah dia tahu kelakuan suaminya di belakang? Atau dia korban beri
ukulkan ke kepalanya. Balasan yang tak seimbang dengan kebiadapannya. Saat batu di lantai itu telah berpindah ke tanganku, laki-laki itu
itu. Andai aku lebih waspada dan tak begitu saja mengikuti ajakannya, tentu petaka itu tak perlu terjadi.
pada sesosok yang kini berdiri dihadapanku. Buru mengeringkan lelehan tangis di pipiku. Dia duduk di sebelahku dengan berjarak. Men
i. Kami bersilang pandang. Kemudian ia membuang
gapa perasaan sedih yang tadi mencengkram erat seakan tiba-tiba terlepaskan. Dua lesung pipi itu m
ku keroncongan. Laki-laki yang duduk dihadapanku menatap dengan kening berkerut. Aku kembali malu dihadapannya. Yang bisa kulakukan hanyalah membu
*
berada di tepi agar aku bisa menikmati pemandangan luar cafe di balik kaca. Memperhatikan orang hilir mudik yang melintas di trotoar. Sejak dulu aku lebih suka menyendiri di cafe sambil memiki
aikan tangan padanya agar bergabung denganku .Namun niatku urung karena dia menerima telepon sebelum sempat melihatku. Aku duduk kembali dan meperhatikannya. Dia telah mendudukkan dirinya, memilih temp
inku bergejolak. Dadaku sesak, seperti ada bongkahan batu besar yang menindihnya, melihatnya berhenti di
katakan, apa maumu?" Suara barito
menagih j
unggu. Aku sedang mengaturnya. Setelah ini ka
Jika Anda ingkar aku tak sega
ncamku? Ber
kup bukti atas k
rlibat." Aku semakin me
itu meghembuskan
kau mangsa Tuan? Aku bahkan tega m
embali hujan setelah beberapa hari ini mulai berkurang rintiknya. Sakit yang kurasakan saat ini melebihi hari naa
a .
ertancap di dada Dany sang manusia iblis. Bau anyir