SUAMIKU BULE BRONDONG
u jawab tapi akan sorot mata seseorang yang kini duduk dihadapanku. Dia menatapku datar. Dad
annnya perlahan, memberi jeda sesaa
stival film mahasiswa Indonesia. Saya sangat antusias terhadap pekerjaan di bidang biro iklan khususnya posisi konsultan manajemen. Akan memberikan kontribusi terbaik Saya jika diperkenankan untuk bergabung dengan perusahaan yang Bapak Pimpin." Aku mengulum senyum tipis diakhir penjelasanku. Ketiga pew
kap ditelingaku dengan jelas. Aku menatap tajam ke bola matanya, sama persis dengan tatapan yan
l yang harus diperhatikan apabila ingin mendalami profesi konsultan manajemen adalah kemampuan dalam menyeimbangkan analitis dan komunikasi. Selama menjadi mahasiswa Sa
latkan mata dan menutup mulutku yang menganga. Menyambut uluran tangan mereka dengan suka cita. Perasaan senang yang ingin meledak saat itu juga. Aku
ar ku peroleh dari seseorang yang tiba-tiba seruangan denganku. Dia seperti manusia berkepribadian ganda. Sikap ramahnya saat beberapa kali bertemu dengan ku menguap sejak pertama proses wawancara tadi. Langkahnya be
is dengan hidung yang runcing. Aku menyungging senyum. Entah mengapa hatiku seperti dipenuhi kup
*
ampuan. Teman-teman kerja yang kooperatif dan menyenangkan
!" Anggi berbisik dengan dagu m
ir dan berangan-angan ria. Aku hanya menyimak sambil meneruskan makan siangku dengan sesekali mencuri pandang padanya. Mataku menyapu sekeliling dan karyawa
ku buang pandangan ke samping, pura-pura mengobrol dengan Caca untuk menghindari tatapannya. Memalukan sekali jika aku ketahuan tengah memperhatikannya. Kembali aku curi-curi pandang, rupanya Haikal masih menatapku dan mengguratkan seny
imana ini? Duh, ga sehat buat jantung. Denger-denger !"
antungku disco dan
. Emang enak kalo tiba-tiba jatu
kan teman setelah menerima pengkiatan dari Sisil, seseorang yang selalu terlihat baik di hadapanku dan sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Seda
*
u. Mataku memejam, membayangkan wajah ibu yang berbinar saat gaji pertama ku serahkan pada wanita kesayanganku itu, hanya beberapa lembar uang kertas yang ku sisakan di dompet sebagai uang transportasi ke tempat kerja. Bagaimana beliau menyeka air matanya dengan seutas senyum terekam di ingatan. Baru ku ketahui, jika ibu
an tujuan membahagiakan wanita kesayanganku itu. Aku sudah cacat tak seperti peremp
tan dan terintimidasi olehnya. Meninggalkan jejak rekaman di kepala, seakan makhluk yang bernama laki-laki dan pernikahan hanyalah kesengsaraan. Wajahku, berubah masa
ulir di pipi, jemariku
ra yang tiba-tiba menyapa telingaku. Benar saja kudapati Haidar tangah berd
ika ada yang mendekati dan membisikimu untuk melakukan hal buruk?" Aku masi
saling diam, aku berinisi
s terhenti. Rasanya aku telah salah dengar dengan ucapanny