SUAMIKU BULE BRONDONG
buru ia menarik tubuhku hingga aku terjatuh. Kondisiku lebih aman karena aku tersungkur di tepi jembatan tak l
tup dadaku yang terbuka karena kancing yang lepas, serta baju di le
menggeleng dengan cepat tanpa berani bersitatap de
an diri untuk menatapnya. Baju koko yang melekat pad
aku pergi. Aku pasrah karena p
umah. Beberapa bunga bougenvil berwarna merah muda dan putih serta bunga mawar meramaikan halaman rumah yang
rapa saat kemudian seorang wanit
takut." Wanita dihadapanku
pada sesosok laki-laki yang berdiri di dekat jendela. Dia menatapku dengan pandangan tak terbaca. Berlalu pergi dan menghilang dibalik
dur dengan menyodorkan secangkir teh yang masih mengepulkan asapnya. Aku tetap abai, tak menyentuh piring yang berisi nasi da
gar tak khawatir. Besok, Putraku ak
h keluar kamar namun kutah
minjam hp?" Aku memb
yang belum pulang hingga malam. Sedangkan Hpku mati, mungkin ka
berpikir sejenak, akan lebih baik jika aku mengirimkan pesan saja. Jika aku telepon yang ada adalah tangisku yang tak
a menginap di rumah Sisil. Ada tugas kant
hawatir, bes
kan Hp itu kep
Nak, jangan
at wajah untuk menatap kembali wanita baik itu, namun aku juga menemukan laki-laki yang tadi menolongku tengah berdiri di balik pintu menatapku. Ia telah berganti pakaian dengan kaos pu
n saat ku buka. Mungkin bengkak karena terlalu lama menan
hancur. Ibuku, bagaimana aku harus bercerita padanya? Beliau menaruh harapan besar padaku, tapi kini, tak ada yang tersisa. Tak akan ada laki-laki yang mau menikahiku, dan___ jika aku sampai ham
ngis. Aku memeluk lutut dan menenggelamkan wajahku disana. Bayangan masa depan begitu menakutkan bagiku. Aku ingin menyalahka
baik itu duduk di sampingku. Aku m
bisa bercerita padaku." Wanita b
etelah cukup lama aku hanya membisu, dia melangkah pergi.
ulang ! " Uj
sarapan dulu! Setelahnya
tu masuk dengan membawa sepiring nas
" Wanita itu duduk d
mu. Dia, kehilangan makhkotanya karena seseora
uka batin trauma itu. Namun, perempuan itu mencoba menghadapi luka yang menderanya tak menghindar
gi diri sendiri untuk
nya. Air mataku membasahi jilbabnya. Tanpa diperintah mulutku berkisah akan kejadian menyakitkan kemarin.
di sebelah sopir dan aku di belakang. Sepanjang perjalanan kami hanya saling diam. Taksi ber
diriku. Tapi ibu adalah tempat pulang bagiku. Aku harus kuat dan menyimpannya seorang diri sampa
n mengucapkan terima kasih padanya. Namun kata-kata itu berhenti di tenggoro
iana setelah dia menyebutkannnya. Dialah perempuan yang diceritakannya padaku.