TAWANAN CINTA TUAN CEO
hampir mabuk akibat dokumen yang terus menerus Marcel berikan padanya. Dimulai d
napa tugas sekretaris lebih banyak daripada bos,
gue yang nentuin". Marcel tersenyum miring di seberang me
e udah gue cekik dia sampe
ina katakan. Jelas sekali Marcel mendengar setiap perkata
i menatap dokumen juga komputer, tangannya sed
ajak
bingung, "Kemana? Kerjaan
aanya. Marcel tetap terdiam, namun beda dengan
ebih dahulu keluar. "Kalau kamu tidak keluar dalam tiga detik
an mejanya dari kertas-kertas dokumen. Langkahnya
dengan nada sebal. Marcel menekan se
rapat di kafe Helly? Daya ingat mu harus di asah lagi jika ingin bekerj
"Sejak kapan sih Marcel jadi so
dimana ia mengumumkan dirinya akan pindah. Ia memasuki
lah mengingatkan Karina lagi pada masa lalunya di kota ini. Saat ini, Ma
yang begitu banyak berubah. Bahkan, tatapannya juga berubah. Karina bisa
at lagi saat dimana Marcel mendadak kel
h tiga puluh menit perjalanan. Marcel turun diikuti Karina. "Pak, nanti a
k, P
mpatnya sekarang. "Kenapa
usul. Jadi, lo- eh Pak Marcel dulu yang masuk." Lidah Karina me
meja yang rekan bisnis Marcel. Setelah berjalan beberapa saat
Atau Rifaldi?"
menjabat tangan Karina. "Karina, ya? Udah l
..." Karina mengarahkan bola matany
gomong, gu
-ibu sosialita aja," ketus Marce
an rival pas SMA, bisa bisa
ini malah ap
es akan saya potong ga
cel berkata sesuatu tentang gajinya.
ahhhah
dah lama tak ia lihat. Tujuh tahun yang telah berla
carakan rencana dan strategi perusahaan yang baru. Takutny
Karina mengerjakan lembaran kertas. Sangat jenuh juga membosankan. Namun sekarang,
mbil memajukan mobilnya. Renaldi terburu-buru a
ga melambaikan telap
tersebut. Cafe bernuansa aesthetic dengan gaya luar namun tetap di beri serbuk nus
" panggi
dian menghadap Marcel. "Mau ketem
t Marcel mendadak ingin mempertemukannya d
siapa?" ta
. "Mbak, bisa tolong panggilkan pemilik cafe in
ungi majikannya. "Nyonya sedang dalam perjalanan k
erimaka
ngga, suara bel pintu kini berdenting san
tnya, mata Karina membulat
rkan rasa rindu pada satu sama lain. "K
oalnya, jadi kita pikir lo gak
intens pada laki-laki yang merupakan bosnya itu.
baru ket
uh
a, telepon nya berdering. "Saya jawab telepon d
kapan Marcel jadi formal kayak gitu? Gue agak gimana kalo ngobrol
rmal kayak gitu kalo gak salah sejak lulus SMA dan lanju
g mau lulus bareng malah
u ngedadak, Qia. Gue juga gak tahu
n j
n." Marcel tiba dengan ekspresi w
nti aja, gue eh aku eh say
at manik tajam Kar