Godaan Pelakor Binal
ah Caca sebenta
sup ayam dengan asap mengepul. Baru saja dipindahkan dari panci. "Hujan, Mas, nggak mau nunggu
rah. Mika itu masih kecil, kasihan dia. Cacha juga sendir
ering sampai aku sendiri hapal. Alasan karena Caca takut lah, karena petir, karena bola lampu kamar
tu banyak sekali memori yang sudah tercipta
ah. Jika salah satunya sakit, maka yang lainny
ati membuat mataku panas. Rasanya akan
pahit menelan ludah sekedar mengeringkan tenggorokan. Sekuat tenaga menahan nyeri yang meronta-rontakeputusannya untuk kembali mengunjungi teman kecil kesayangannya itu. Dia berjalan memutar meja, membalikk
membawa kembali nama Caca di percakapan makan malam kami, aku hanya tidak mau menoleh. Ti
punya keluarga di kota ini, cuma aku yang dia kenal. Aku har
s? Kamu lho selalu bergegas setiap kali Caca nelpon, seolah dia bakal mati mengenaskan kalau k
sama Cac
isi, tapi kamu juga harus ngertiin perasaan aku, Mas. Aku ini istri kamu. Sah di mata agama dan huk
elek-jelekkan teman kecil kesayangannya itu. "Mas kamu itu sudah menikah sama aku
i juga aku sadar kalau aku udah jadi suami orang. Tapi ini darurat, Mika sakit dan harus segera aku periksa keadaannya," jelas Mas ruby menggebu-gebu. "Aku janji makan
kalimat yang paling memuakkan. "Kamu hanya menempatkan aku sebagai orang yang harus mengerti keadaan di an
kan, tapi sudah cukup meluluh lantakkan damai di dad
rti itu," kataku balas menaikkan lebih dan lebih lagi volum
benar-benar nggak punya siapa pun. Cuma aku doang. Aku mohon pengertian kam
unci mobil. Dia tak lagi butuh tanggapanku, karena punggungnya lenyap begitu sa
uhan, ini sakit sekali. Bukan main luar biasa. Ujung jemariku gemetar meremas dada sebelah kiri
perti ini ujung dari kisah cinta yang kujalani? Rumah tangga yang diidam-idamkan ol
m selesai masa lalunya adalah kiamat besar bagi perempuan. Berandai-andai Sekarang pun juga terasa sangat bodoh. Peny
. Tatapan mataku pun terasa kabur. Aku lalu menghapus basah di waja
lamat-lamat sosok yang sedang tersenyum lebar di sana. Ah, Betapa cantiknya aku saat itu
era. Merasakan kebahagiaan luar biasa karena telah menjadi sah sepasang suami istri. Atau mungkin itu hanya perasaank
at ini. Aku ingin diberikan sekali lagi kesempatan untuk bisa merasakan kehangatan rumah ini. Namun pada akhirnya aku tetap harus meninggalkan
i sini hanya karena kenangan-kenangan yang me
mi tentang apa pun. Semua itu akan menjadi kenanga
benar-benar pergi Aku perlu mengingat dengan persis semua yang ada di sini agar jika suatu hari nanti, kalau aku rindu aku bisa mengi
nku. Lalu memindahkannya ke
belum kami menikah. Itu adalah tempat tinggalku saat aku masih gadis da
ujan turun gerimis. Rasanya menyaki
a pakaianku ku pindahkan. Lalu mengambil po
ang terjadi pada diriku. Atas sarannya aku membuat keputus
unjungi teman kecilnya itu. Lalu meninggalkan aku sendiri di
isa bertahan, biar aku saja yang te