Sepuluh Tahun Menanti Keturunan
emenjak Papa Frans mulai memasang wajah tersenyum un
Mana tau cucu pertama kit
letakkan potongan da
asih
g penting disyukuri a
cucu tertua laki-laki, dia bisa jadi penerus darah Wijay
l juga. Ampun, pengen liat anak cewek ya
ercipta, tak memperhatikan raut wajah Farrel ya
ibunya, membuatnya tersenyum. Namun saat m
a? Jadi benar kalau a
masih serius menatap kedua orangtuanya. Farrel juga tahu
aku, 'kan? Papa juga ga akan berhenti sayang sama
narik perhatian mereka. Sudah wa
aku mana?"
leh pada Arka dan memberi k
tadi bangunnya kesiangan. Papa sengaja
ndak beranjak,
h Bi Inah yang bua
hanya bersiap dengan tas d
Pa, aku bi
ma Wendi untuk memberi salam. Wajahnya sa
pergi, O
hati,
melambaikan tangan pada Farrel yang berjal
sekolah, atau Lisa yang selalu menemani hingga di pela
murung, Ka,
a udah mau dek
a orang sangat bahagia, Lisa terlihat sulit menyembunyikan wajah harun
mar. Membiarkan sang istri berbaring a
i mumi kalau disu
ruh banyak
ku bisa duduk, nyantai, baca buku. Y
k, hanya menge
boleh jemput Farrel
an kondisi kamu juga rentan banget. Kalau aku bilang jangan gera
i manisnya lagi. Dia sungguh-sungguh membua
ujar Lisa
Arka memakai kaus kaki dan sepatunya. Didekat
hubungi aku. Oh iya, kapan
hari
erangkat, y
akin suaminya itu pergi, dia meraba laci lemari kecil
tu dengan segelas air di sisinya. Setelah sele
hut Suga dari
lan check-up selama kehamilan di Eka Hospita
kamu sembunyikan ini? Nunggu sampai tujuh bulan? Aku bahkan g
simis. Aku aja
s mikirin kead
ti kamu bisa CLBK sama aku
a tanya isteriku
tau. Kapan? Me
hidup, Lis, cuma
ih, ambigu ban
as
hubungi kamu. Oh iya, kamu kenal
men ginekologi, aku kenaln
ghantarkannya untuk lebih tenang. Mulai sekarang, akan a
utama Papa Frans. Hidupnya akan lengkap, tak peduli akankah dirinya b
na, Sayang. Mama b
t lebih cepat hari ini. Sungguh manis suasana yang tercipta kala Farrel tahu papanya itu memanjakan calon adik yang ada d
h, kenapa ga ma
baru saja dibawa Bi Sumi ke kamarnya. "Aku lagi ga
bit pipi Lisa. "Aku pengen liat pip
t, Arka selalu antisipasi dirinya yang d
a kalau aku jadi
canti
dasi dan membuka dua
ngkuan Lisa. Bermanja menjelang senja. Lisa memainkan rambut legam sang
ntuk
in suaminya itu molor mandi, dia den
n. Napasnya terengah-engah karena tak bisa menaha
Iya-iya, in
untuk mendapat kecupan
p pipi sang istri. "Manja ban
Nanti bisa s
istrinya itu. Dia masuk ke t
kamar dan segera masuk
i atas kasur. Dia sangat suka membaca. Beberapa majalah otomotif ada di sekitar
usik Lisa sambi
ukan Farrel. Arka menjaga dirinya dengan ketat hingga sulit turun
sama Mama,"
enyum lucu sambil m
sambil mengusap perut Lisa.
ia tahu akan kebenaran bahwa dia bukan anak kandung mereka. Hanya Arka dan Lisa yang menyayanginya tulus
untuk jaga adik